Page 326 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 326
“Jika dalam sebuah tradisi, kepercayaan tentang siluman
dan rohroh penguasa alam itu ternyata berfungsi untuk mem
buat masyarakat menjaga hutan dan air, apa yang jahat dengan
kepercayaan demikian? Tidakkah ia setara dengan perintah
untuk memelihara pohon?”
“Tidak ada hubungannya dengan Nyi Rara Kidul dan
agama!” bantah Kupukupu.
“Tapi ada hubungannya dengan memasang sesajen di
pohonpohon angker, goa, ataupun mataair yang kamu sebut
kan tadi. Yang kamu anggap sebagai syirik. Sikap mengera
matkan ini sesungguhnya mengurangi pengrusakan hutan dan
alam. Sikap mengeramatkan alam sejalan dengan sikap meme
liharanya. Kepercayaan pada Ratu Kidul tak bisa dilepaskan
dari cara pandang ini. Yaitu, yang melihat bahwa alam raya
ini ada penunggunya. Ada yang punya. Bukan kita sendiri
yang memilikinya sehingga kita boleh melakukan apapun
terhadapnya, menjarahnya. Kita harus kulo nuwon, harus
permisi, jika mau mengambil apaapa dari sana. Dan harus
tahu batas.
“Sebutkanlah agama apapun yang melarang orang mem
bayar pajak atau upeti kepada raja atau penguasa suatu daerah.
Sebut satu saja, ya, agama yang melarang pajak di masa damai.”
Jati memberi jeda sebelum melanjutkan. Ia tahu takkan
ada yang bisa menjawab.
“Kita di masa modern ini pun membayar bea jika mau
masuk wilayah negara lain. Kita bayar pajak untuk berdagang
ekspor impor. Bahkan kepada pemerintah negeri sendiri. Apa
bedanya? Kalaupun jin dan siluman itu memang ada, apa
salahnya membayar sejenis pajak kepada mereka ketika kita
memasuki wilayah mereka? Sejauh pajak itu cuma sesajen
bungabungaan, buahbuahan, sejumput makanan, apa salah
nya? Apalagi yang diracik dengan indah sebagai canang saji. Ia
menjadi seni.
31