Page 316 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 316

Ia memikirkan gadis itu sepanjang malam, dan tertidur ketika cahaya
                 fajar pertama menerobos celah daun kamboja.
                    Ia terbangun pada pukul setengah sebelas oleh aroma rempah-rem-
                 pah dari dapur. Antara sadar dan tidak, ia turun dari tempat tidurnya,
                 keluar kamar dan berjalan ke arah belakang. Penglihatannya belum
                 juga jelas, namun ia melihat seorang gadis menenteng mang kuk dengan
                 uap hangat mengapung ke udara dan meletakkannya di meja makan.
                    ”Aku memasak untukmu,” kata gadis itu.
                    Ia segera mengenalinya: Farida. Ia terlalu terpukau oleh kenyataan
                 tersebut.
                    ”Mandilah dulu,” kata Farida, ”atau cuci muka. Kita makan ber-
                 sama.”
                    Ia seperti seorang lelaki di bawah kendali hipnotis, berjalan ma  sih
                 dalam keadaan setengah sadar ke kamar mandi, hampir lupa mengam-
                 bil handuk, dan mandi dengan sangat cepat. Ketika selesai, ia telah
                 menemukan gadis itu duduk di meja makan menunggu. Nasinya masih
                 tampak hangat. Di mangkuk yang tadi ia melihat sop kol dan wortel
                 serta makaroni. Di piring ia melihat goreng tempe, dan di piring lain
                 ia melihat ikan layang yang digoreng begitu kering, diiris-iris kecil.
                    ”Aku menemukan semuanya di dapur.”
                    Kamino mengangguk. Segalanya terasa terlalu ajaib baginya hari itu.
                 Ia belum pernah makan bersama-sama seperti itu sejak bertahun-tahun
                 lalu ketika ia masih kecil dan ayah serta ibunya masih hidup. Kini ia
                 bersama seorang gadis, yang sejak kemarin sore secara diam-diam telah
                 membuatnya jatuh cinta. Hatinya melayang tak karuan, membuatnya
                 makan tanpa berani memandang wajah gadis itu. Hanya sesekali mereka
                 saling melirik, dan jika mata mereka beradu, mereka tersenyum malu
                 bagaikan para pendosa yang tertangkap basah. Mereka duduk saling
                 berseberangan, terhalang meja makan, namun jelas keduanya tampak
                 bagaikan sepasang suami istri, atau pengantin baru yang bahagia.
                    Kisah cinta itu sedikit terganggu pada siang hari yang sibuk. Lima
                 orang terbunuh pada bentrokan orang-orang komunis dan anti-komu-
                 nis. Kamino harus menguburkan semuanya. Empat orang ko munis dan
                 seorang anti-komunis. Ia segera menyadari mayat-mayat yang akan
                 tiba ke tempat pemakaman itu akan semakin banyak, dan menyadari

                                             309





        Cantik.indd   309                                                  1/19/12   2:33 PM
   311   312   313   314   315   316   317   318   319   320   321