Page 319 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 319
mulai bergelimpangan di jalan. Beberapa yang belum terbunuh berlarian
kalang-kabut saling menginjak dan saling menjatuhkan, sebelum peluru
membunuh mereka satu per satu. Sore itu seribu dua ratus tiga puluh
dua orang komunis mati dalam satu pem bantaian yang singkat, meng-
akhiri sejarah Partai Komunis di kota itu, dan bahkan di negeri ini.
Mayat-mayat itu dilemparkan ke atas truk hingga berjejalan se perti
truk penjagalan. Iringan-iringan truk berisi mayat tersebut dengan pasti
menuju rumah Kamino. Akhirnya, itulah puncak hari paling sibuk bagi
lelaki tersebut. Ia harus menggali liang kubur yang begitu besarnya, se-
hingga ia bahkan belum selesai sampai tengah malam, dan baru selesai
menjelang pagi dengan bantuan para prajurit. Ia berharap orang-orang
komunis akan menyerah, hingga ia bisa beristirahat tanpa ada mayat
muncul lagi di tempat pemakaman. Selama itu, Farida masih tetap me-
ne maninya, menyiapkan makannya, dan menunggui kuburan ayahnya.
Pagi itu, ketika tentara-tentara telah pergi bersama truk-truk mereka
dan seribu dua ratus tiga puluh dua mayat orang komunis telah dikubur-
kan dalam satu kuburan raksasa, Kamino yang kurang tidur namun
tampak penuh semangat menghampiri Farida yang masih bertahan
nyaris selama seminggu itu, berkata padanya:
”Nona, maukah kau menjadi istriku dan tinggal bersamaku?”
Farida tahu bahwa nasibnya telah digariskan untuk menerima lama-
ran lelaki tersebut. Maka pagi itu juga mereka, setelah mandi dan me-
ngenakan pakaian yang rapi, pergi ke penghulu dan minta dikawinkan.
Dan hari itu juga mereka telah menjadi suami istri, pergi berbulan madu
di rumah lama Farida. Itu berarti tak ada penggali kubur hari itu.
Tapi ini tak menjadi soal. Tentara-tentara itu juga telah malas
membawa mayat-mayat orang komunis ke tempat pemakaman dan
harus membantu penggali kubur membuat lubang raksasa. Mereka
dibunuh, baik oleh tentara reguler dan terutama oleh orang-orang anti-
komunis yang bersenjata golok dan pedang dan arit dan apa pun yang
bisa membunuh, di tepi jalan dan membiarkan mayat mereka di sana
sampai membusuk. Kota Halimunda seketika dipenuhi mayat-mayat
seperti itu, tergeletak di selokan dan kebanyakan di pinggiran kota, di
kaki bukit dan di tepi sungai, di tengah jembatan dan di semak belukar.
Mereka kebanyakan terbunuh ketika mencoba melarikan diri setelah
312
Cantik.indd 312 1/19/12 2:33 PM