Page 324 - Cantik Itu Luka by Eka Kurniawan
P. 324

jeep. Ia juga mencoba melihat Alamanda di antara kerumunan orang,
                 namun perempuan itu tak ada di sana. Tanpa melihat keduanya, ia ber-
                 jalan dengan tenang, menganggap tak ada siapa pun di pinggir jalan.
                 Sang Shodancho menjebloskannya ke dalam ruang tahanan di belakang
                 kantor rayon militer, dan pengadilan yang tak pernah di laksanakan
                 memutuskan ia akan dieksekusi besok pagi pukul lima dini hari. Sang
                 Shodancho segera pergi setelah memberitahu keputusan hal itu, meng-
                 an tar pulang Adinda ke rumah Dewi Ayu.
                    Tapi bahkan Adinda muncul kembali tak lama kemudian, satu-satu-
                 nya orang yang berharap bisa mengunjunginya meskipun banyak orang
                 juga berharap demikian. Tapi Sang Shodancho telah memberi perintah
                 pada sipir-sipir penjaga untuk tak mengizinkan siapa pun mengunjungi
                 tahanan-tahanan yang akan dijatuhi hukuman mati. Akhirnya Adinda
                 hanya meninggalkan satu setel pakaian besar yang ia minta pada Sang
                 Shodancho agar memberikannya pada lelaki itu dan menyuruhnya agar
                 mengenakannya jika laki-laki itu memang akan dieksekusi mati pada
                 waktu dini hari. Selain satu setel pakaian, ada rantang berisi makanan.
                    ”Berjanjilah padaku, Shodancho,” kata Adinda, ”Bahwa ia akan
                 memakannya. Sejak ia tak memperoleh koran-koran paginya, ia tak
                 me makan apa pun kecuali kopi dan air putih.”
                    Sang Shodancho mengantarkan semua barang-barang itu seorang
                 diri. Di dalam sel ia menemukan Kamerad Kliwon tengah berbaring di
                 atas dipan dengan kedua tangan ditekuk di bawah kepala sementara
                 matanya memandang langit-langit.
                    ”Reputasimu belum habis di mata para gadis, Kamerad,” kata Sang
                 Shodancho. ”Seorang dari mereka mengirimimu satu setel pa kaian dan
                 serantang makanan.”
                    ”Aku tahu siapa gadis itu,” kata Kamerad Kliwon, ”ia adik ipar mu
                 sendiri.”
                    Setelah itu Kamerad Kliwon hanya diam saja dengan sikap tubuh
                 yang tak berubah sebagaimana sebelumnya. Namun di keremangan
                 ruangan dan malam yang telah datang, Sang Shodancho tersenyum
                 menikmati sedikit dendam dan merasa telah datang waktunya untuk di-
                 selesaikan. Inilah lelaki yang telah merampas cinta istriku, katanya pada
                 diri sendiri, dan mengutuk kedua anakku untuk tak pernah dilahirkan.

                                             317





        Cantik.indd   317                                                  1/19/12   2:33 PM
   319   320   321   322   323   324   325   326   327   328   329