Page 155 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 155

Ce r i t a   Ci n t a   E n r i c o

                 gak sombong pula. Ia jengkel dan penasaran karena aku tidak
                 mem pedulikannya. Tak usah dianalisa, (dan barangkali karena
                 poker melatihku untuk peka membaca orang lain), tubuhku
                 tahu bahwa anak itu sebetulnya kepingin ditaklukkan, meski
                 tingkahnya belagu. Kami bermain di toilet gerbong yang hari
                 itu sedang sepi. Kami tidak bercakap-cakap. Kami tidak saling
                 tersenyum. aku tak pernah tahu namanya. Ia tak pernah tahu
                 namaku. Tapi demikianlah berjudi. Kau bisa saja mendapatkan
                 permainan yang bagus tanpa harus mengenal musuh.
                    Di  rumah  guruku  itu  ternyata  sedang  ada  keponakan
                 jauhnya  yang  menginap.  Seorang  gadis  berwajah  cantik
                 badung,  dengan  codet  di  pipi  bekas  kecelakaan  yang  mem-
                 buat  wajah nya  semakin  bengal.  Ia  sedang  berlibur  dengan
                 dua cewek lagi, mungkin teman sekolahnya. Tentu saja kami
                 ngobrol.  Tentu  saja  aku  memberi  tanda  bahwa  aku  tertarik
                 pada  si  badung.  guruku  tampaknya  juga  sudah  tahu  adat
                 kemenakannya  dan  membiarkan  waktuku  tersita  tak  hanya
                 untuk  belajar.  Malamnya  pintu  kamarku  diketuk.  Si  gadis
                 badung itu menelusup ke ranjangku tanpa kata-kata. Ia nakal
                 sekali. Setelah selesai, ia menciumku lalu pergi. Tak lama ke-
                 mudian, pintuku diketuk lagi. Kulihat temannya muncul dari
                 balik pintu. aku bercinta sambil agak bertanya-tanya dalam
                 hati. Siapa sebetulnya menaklukkan siapa. Setelah selesai, ia
                 menciumku lalu pergi. Tak lama kemudian, pintuku diketuk
                 lagi. Kali ini aku merasa dikerjai. Cewek ketiga muncul dan
                 tentu saja aku harus bekerja lagi. Tentu saja, lagi-lagi, setelah
                 selesai ia juga menciumku lalu pergi.
                    Paginya aku berjumpa lagi dengan mereka di meja sara-
                 pan. Ketiganya cekakak-cekikik, seperti sudah menuntaskan
                 sua tu rencana. aku berharap si cewek ketiga akan melebih-


                                                                         149



       Enrico_koreksi2.indd   149                                     1/24/12   3:03:55 PM
   150   151   152   153   154   155   156   157   158   159   160