Page 152 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 152
a yu Utami
satu nya. Betapapun aku membebaskan diri dari ibuku dan
melaku kan segala yang dilarangnya, aku masih diam-diam
memikirkannya.
Sejak perkenalan itu, Harry menjadi sahabat yang sangat
kuhormati, dan aku menjadi bagian gerombolan pemanjat
tebing ini. Kuperkenalkan juga poker kepada mereka, tetapi
lucunya mereka tidak tertarik. Segera kutahu panjat tebing
lebih menegangkan daripada judi. Dengan merekalah aku
menghabiskan hari-hari terbaik dalam hidupku, di antara
cadas-cadas dalam terik dan hujan. Bersama mereka kami
memelihara seekor anjing bernama Patrick, yang selalu ku-
bonceng dengan motor besarku tiap kali kami memanjat di
sekitar Jawa Barat. Patrick berjongkok di sadel dan dua kaki
depannya memegangi pundakku. Telinganya akan berkibar-
kibar tertiup angin sebab motor melaju kencang. Ia sangat
pandai menjaga keseimbangan. aku juga mengantongi seekor
nuri kepala hitam yang kudapat dari Papua. Urip, demikian
nama burung hebat itu (begitulah nama jenerik burung ini
bagi orang asmat), mendekam di dekat jantungku dengan
manis sepanjang perjalanan. lalu aku akan melepasnya ke-
tika aku memanjat. Dia akan terbang berkitar-kitar sesuka-
nya, seolah mengawasi para pemanjat. Seusai latihan, aku
akan bersiul kencang dan dia akan kembali padaku. aku tak
per nah mengikat hewan-hewanku. (Hanya si Ireng yang dulu
kucancang, sebab ia memang suka menggigit orang). aku
senang jika mereka bebas dan berkawan denganku tanpa
ikat an. Begitulah hubungan antar makhluk yang kuidealkan.
De ngan merekalah aku merasakan kesendirian sekaligus ke-
ber samaan dalam kebebasan yang kuidam-idamkan.
146
Enrico_koreksi2.indd 146 1/24/12 3:03:55 PM