Page 147 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 147
Ce r i t a Ci n t a E n r i c o
ibuku. Beda nya, kalau dulu aku membujuk hati Ibu agar ia
tidak memberati permainanku dengan ayah, kini aku mem-
bu juk hati cewek-cewek agar mereka mau main denganku.
Membujuk itu bukan dengan rayuan gombal, tetapi dengan
perbuatan dan percakapan menyenangkan.
Tiap tahun aku diusir dari tempat kosku. Setelah me mer-
goki cewek-cewek di kamar yang selalu berbeda setiap se-
mester, induk semang akan bilang bahwa sewa buatku tidak
bisa diperpanjang lagi. Katanya, sudah ada yang me mesan.
Tapi kutahu kamar itu kosong sepeninggalku. Jadi aku mah-
fum, aku akan harus selalu pindah kos setiap tahun. Bahkan
per nah juga teman-temanku sendiri sepakat untuk mengeluar-
kan aku dari kontrakan bersama. Mereka bilang mereka mau
perpanjang sewa rumah ini, tetapi sayangnya sudah ada anak
baru yang akan menggantikan tempatku. Jadi, mereka minta
maaf, aku dipersilakan mencari tempat baru sendiri. aku
baik-baik saja dibegitukan. aku jadi menyebarkan wabah judi
di banyak tempat kos. aku gembira jika mengunjungi tempat
lamaku dan mendapati teman-teman sedang berjudi.
Suatu hari, mungkin karena baru terusir dari tempat kos
dan belum mendapatkan yang baru, aku menginap di rumah
teman di Bogor. Ia memelihara anjing dan aku tiba-tiba punya
ide untuk meminjam seekor anjingnya. Hewan imut itu ku-
ma sukkan dalam tas dan kubawa naik kereta ke Bandung. Di
dalam gerbong segera aku jadi pusat perhatian gadis-gadis
yang gemas melihat anjing itu dan aku jadi mendapat banyak
nomer telepon cewek.
Di Bandung, berkat anjing itu aku berkenalan dengan
seorang mahasiswi seni rupa ITB. Ia cantik, baik hati, anak
orang kaya. Ia mengajakku piknik, dengan kue-kue enak,
141
Enrico_koreksi2.indd 141 1/24/12 3:03:55 PM