Page 146 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 146

a yu Utami

               seru-seru saja. Berjudi di antaranya. Dan menyebarkan wabah
               itu di koskosan.
                   Poker  adalah  permainan  yang  menarik.  Poker  ini  tidak
               rumit. Ia lebih mengandalkan seni daripada intelektualitas. Ia
               adalah seni membaca karakter orang dan menyembunyikan
               watak diri sendiri. Poker juga seni mengendalikan nafsu sebab
               memang ada yang disebut angin keberuntungan. Jika angin itu
               sedang menerpa lawan mainmu, biarkanlah dia di atas angin.
               Sama seperti dengan perempuan, kau harus tahu kapan kau
               di atas dan kapan di bawah. Jangan kau paksa dia membuka
               kartunya.  Tinggal  pandai-pandai  kau  membaca  angin  itu.
               aku tak pernah kalah telak, sebab aku selalu tahu kapan ber-
               henti. Kuncinya: jangan rakus dan jangan ingin memiliki. Ini
               permainan,  Bung!  Hidup  adalah  permainan.  Tapi  hidupmu
               juga tak boleh dikuasai permainan.
                   aku terlatih untuk tidak tamak dan tidak ingin memi liki,
               sebab demikian pula polaku berhubungan dengan perem  puan.
               Perempuan  bukan  untuk  dimiliki,  sebab  demikian  pula  aku
               bukan untuk dimiliki. Perempuan bukan untuk dibeli, sebab
               kau tak pernah bisa membeli permainan. (Hey. Kau memang
               bisa membeli mainan. Tapi permainannya? Tidak). Perem puan
               adalah teman bermain, bukan mainan. Judi adalah permainan
               tanpa mainan. Begitu pula percintaan. Bedanya dengan poker,
               aku  tidak  pernah  menyembunyikan  watak  dan  motifku  da­
               lam  berhubungan  dengan  perempuan.  Dalam  berhadapan
               de ngan  manusia,  aku  selalu  jujur,  seperti  ayah-ibuku.  ah...
               aku  jadi  ingat  bagaimana  ayah  menyuruh  aku  menyenang-
               nyenang kan hati ibuku dulu sebelum kami bermain. Kupikir,
               karena itu aku jadi terbiasa menyenangkan hati perempuan.
               Bahkan  perempuan  yang  paling  susah  disenangkan  seperti


           140



       Enrico_koreksi2.indd   140                                     1/24/12   3:03:55 PM
   141   142   143   144   145   146   147   148   149   150   151