Page 153 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 153
Ce r i t a Ci n t a E n r i c o
Periode panjat tebing adalah mimpi indah hidupku. Sam -
pai sekarang aku masih bisa mencium bau gersang tebing
ser ta semak-semak yang meliputinya dan menjadi berdebar-
debar bahagia. Tanganku masih bisa basah mengingat jalur-
jalur sulit yang dulu kulalui ataupun gagal kulalui. aku ma sih
bisa merasakan harum angin di ketinggian satu kilometer di
atas tanah di puncak jalur The nose di El Capitan amerika
Serikat. aku lumayan senang bahwa aku bisa membuat eks-
pe disi yang mengantar kami bertiga (Sandy Febijanto, Jati
Pranoto, dan aku) menjadi orang Indonesia pertama yang me -
man jat lulus jalur itu.
Suatu hari, setelah beberapa hari meninggalkan Bandung
untuk pemanjatan, kutemukan kamar kosku telah digarong.
aku memang tak punya banyak barang, mengingat aku harus
pindah induk semang tiap tahun. Tapi mesin tik dan kamera
Canon-ku, dua benda yang kuanggap berharga, raib. Padahal
waktu itu aku diminta jadi fotografer dalam satu acara jurusan
yang akan dihadiri menteri-menteri. Salah satu pacarku,
mahasiswi tambang yang kebetulan juga anak orang kaya, me-
minjamkan satu set nikon—lengkap dengan beberapa lensa,
lampu, tripod, sekalian tas—milik ayahnya. aku belum pernah
meng gunakan seri itu, tapi kutahu Harry punya kamera se-
je nis. Maka aku belajar padanya dan di rumahnya sehari
penuh. Diam-diam, itulah titik ketika aku berpikir untuk jadi
fotografer saja dan bukan insinyur pertambangan. Bebe rapa
bulan kemudian, setelah aku dan si mahasiswi tambang sepa-
kat putus, gadis itu menghadiahi aku satu lensa zoom. Ia baik
sekali. aku merasa melihat kartuku lagi. Kuputuskan, aku akan
147
Enrico_koreksi2.indd 147 1/24/12 3:03:55 PM