Page 63 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 63

Ce r i t a   Ci n t a   E n r i c o

                 pada masanya, itu adalah semacam rumah panggung beratap
                 seng. Dinding papannya dilabur kapur dan bagian dalamnya
                 disekat-sekat menjadi kelas-kelas. Itu adalah bangunan SMa
                 Conforti, sebuah sekolah Katolik. Pada zaman itu misio naris
                 Katolik  dikenal  memiliki  pendidikan  yang  sangat  ber mutu.
                 Ta pi SMa Conforti bukan yang paling bergengsi di antara se-
                 kolah-sekolah Katolik yang mereka punya. Bangunan ini me-
                 nyedihkan. Terutama karena bagiku bangunan ini ber     fungsi
                 sebagai  pengganti  gereja  dan  sekolah  Minggu.  Ya,  gereja  di
                 mana  ada  lilin-lilin  berwarna  merah  pada  kebaktian  natal.
                 Sekolah Minggu di mana aku menggambar, bernyanyi-nyanyi,
                 dan guru kami bermain musik. Semua itu tak ada lagi padaku.
                 Yang ada adalah perhimpunan dalam sebuah ruang kelas de -
                 ngan  bangku-bangku  sekolah,  tanpa  lilin-lilin,  tanpa  bunga-
                 bunga, tanpa organ, tanpa jendela besar yang mengarah  kan
                 cahaya. lantai papan model rumah panggungnya mengingat-
                 kan  aku  pada  kandang  ayam,  sehingga  diam-diam  aku
                 menyebutnya gereja kandang ayam.
                    Kami mendapat sebuah ruang di sore hari di SMa Conforti
                 itu. Setelah jam sekolah selesai. Pemakai ruang sebelum kami
                 adalah  orang-orang  yang  mengambil  “kejar  paket”,  yaitu
                 sekolah cepat untuk mengejar ijazah SMa. Mereka kebanyakan
                 orang-orang  dewasa,  yang  di  mata  kanak-kanakku  tampak
                 seperti orang tua tidak menarik, yang tidak sempat sekolah
                 di  masa  remaja  mereka.  Orang-orang  yang  tersingkir  dari
                 sistem pendidikan utama. Dan perhimpunan kami mendapat
                 sisa  ruang  dan  waktu  setelah  orang-orang  yang  tersingkir
                 itu.  Toh,  diam-diam  kami  masih  bersyukur  karena  sekolah
                 Katolik ini menyewakannya juga kepada kami. Penumpangan
                 ini meninggalkan jejak yang cukup dalam bagiku: bahwa kami,


                                                                          57



       Enrico_koreksi2.indd   57                                      1/24/12   3:03:52 PM
   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68