Page 3 - Sinar Tani Edisi 4110
P. 3

MIMBAR PENYULUHAN                                                    Edisi 12 - 18 November 2025   |  No. 4110  Tahun LVI                3


          Cokelat Nglanggeran,


          Bukti Hilirisasi Kakao




          Dimulai dari Desa







          Di lereng Gunungkidul, petani Nglanggeran
          membuktikan bahwa hilirisasi tak harus
          menunggu pabrik besar. Dari biji kakao
          menjadi cokelat premium, desa kecil ini
          berhasil naik kelas lewat olahan sendiri.




                      i banyak daerah, kakao   kan    dua    tahun    kemudian.        Barisan    produk      Cokelat    wisatawan belum banyak kembali.
                      masih     dipandang     Pada    2013,  warga  membentuk       Nglanggeran      kian    lengkap.    Kesadaran ini menegaskan satu
                      sebatas    komoditas    Kelompok  Usaha Bersama  (Kube)       Selain cokelat batang, mereka        hal, hilirisasi di desa bukan hanya
                      mentah yang dijual      Coklat     Nglanggeran     dengan     memproduksi bubuk, minuman           tentang produk, tetapi cara berpikir.
                      ke pengepul. Berbeda    pendampingan Balai Penyuluhan         cokelat siap seduh, hingga selai        Kisah Nglanggeran menampar
       Dhalnya di Nglanggeran,                Pertanian dan Dinas Pertanian         dan es krim cokelat lokal. Tahun     anggapan lama bahwa hilirisasi
          sebuah   desa   di  Gunungkidul,    DIY. Mereka belajar mengolah biji     2021 kapasitas produksi mencapai     identik dengan pabrik skala besar
          Daerah Istimewa Yogyakarta. Lebih   menjadi produk cokelat rumahan,       600–800 batang per bulan, dengan     dan investasi miliaran. Desa justru
          dari satu dekade terakhir, desa ini   mulai dari memanggang (roasting),   margin jauh lebih tinggi dibanding   menunjukkan versi yang lebih
          membuktikan bahwa hilirisasi tidak   menggiling    (grinding),  hingga    sekadar menjual biji mentah. Produk   merata manfaatnya. Nilai tambah
          harus menunggu pabrik besar         menghaluskan     adonan    cokelat    mereka sudah menembus pasar          tidak lari keluar daerah. Produk
          berdiri. Transformasi justru dimulai   (conching) dan teknik tempering.   Yogyakarta, Solo, hingga sebagian    lahir di desa, dinikmati wisatawan di
          dari rumah produksi kecil, kerja                                          Jakarta melalui jejaring UMKM, toko   desa, uang berputar di desa. Model
          kolektif petani, dan pendampingan      Desa Cokelat                       oleh-oleh, dan kolaborasi event.     ini  membuat  banyak  daerah  mulai
          penyuluh yang sabar membuka            Sejak   saat  itu,  Nglanggeran                                         melirik langkah serupa.
          wawasan pelan-pelan.                mulai dikenal sebagai “desa cokelat”,    Keterlibatan Masyarakat              Dari  perjalanan   ini,  peran
            Pada awal 2010-an, petani kakao   setelah produk mereka rutin tampil       Rantai   manfaatnya    meluas     penyuluh begitu terasa. Mereka
          di Nglanggeran hidup dalam pola     di pameran UMKM dan ajang             ke banyak arah. Ibu-ibu desa         bukan sekadar memberi materi
          lama: panen, jual gelondongan,      pariwisata di Yogyakarta. Hilirisasi   terlibat dalam pengolahan dan       teknis, tetapi menyalakan kebe-
          selesai.   Harga      tergantung    di  Nglanggeran tumbuh organik,       pengemasan. Pemuda mendapat-         ranian untuk mencoba. Tanpa
          tengkulak, dan petani jarang tahu   bukan proyek instan. Penyuluh dan     kan   peran   sebagai   pemandu      perubahan pola pikir petani, dari
          bagaimana biji mereka dinilai.      pendamping desa mengawal tiap         wisata dan tenaga pemasaran          “jual apa adanya” menjadi “olah
          Titik balik datang pada 2011, ketika   tahap: perbaikan mutu bahan baku,   digital.  Petani  tetap  menjadi    untuk bernilai” hilirisasi tak akan
          penyuluh    pertanian   lapangan    alat pengolahan yang sesuai skala     tulang punggung penyedia bahan       punya kaki.
          bersama pendamping PNPM dan         desa, perizinan PIRT (Produk Industri   baku,  namun  kini  dengan  standar   Nglanggeran      membuktikan
          Kementerian Desa mengajak para      Rumah Tangga), hingga kemasan         budidaya yang lebih baik. Penyuluh   bahwa ketika penyuluh, pemerintah
          petani belajar pascapanen kakao.    yang layak masuk toko oleh-oleh.      pertanian   terus  mendampingi       daerah, dan warga berjalan seirama,
            Materi sederhana, fermentasi,        Pada   2019   mencatat   bahwa     petani agar kualitas biji tetap stabil   kakao  tidak  lagi  berhenti  sebagai
          pengeringan, dan sortasi, awalnya   kolaborasi petani, penyuluh, dan      dengan    pemangkasan     teratur,   komoditas mentah. Ia naik kelas
          terasa  asing.  Namun     begitu    Kelompok Sadar Wisata  memberi        sanitasi kebun, pemupukan organik,   menjadi identitas desa, sumber
          diterapkan,  hasilnya   langsung    warna baru. Cokelat tidak hanya       dan pengendalian hama terpadu.       ekonomi,   bahkan    kebanggaan
          terasa. Harga biji  fermentasi naik   dikemas  sebagai produk  makanan,      Pandemi    sempat    menekan      kolektif.
          sekitar 20–30 persen dibandingkan   tetapi  juga pengalaman wisata        kunjungan wisata, tetapi penyuluh
          menjual    kakao    gelondongan     edukasi di Desa Wisata Nglanggeran,   kembali menjadi pemantik adaptasi.   Penulis : Takdir Mulyadi
          di  pasar   lokal   Gunungkidul.    yang kemudian meraih ASEAN            Mereka   memfasilitasi  pelatihan    Penyuluh Pertanian
          Momentum ini menyalakan ide,        Community  Based  Tourism Award       pemasaran digital bekerja sama
          kalau bisa fermentasi, mengapa      2017. Cokelat menjadi bagian dari     dengan Dinas Koperasi dan UMKM
          tidak melangkah lebih jauh?         paket wisata, bukan sekadar oleh-     DIY. Media sosial dan marketplace
            Langkah berikutnya diwujud-       oleh.                                 menjadi penopang penjualan saat


            Mengembalikan Kejayaan Tembakau Deli



                    alam upaya mengembalikan kejayaan          Bukan  hanya  itu,  PTPN  Regional  1  juga  telah   berkelanjutan. Karena itu, sinergi
                    komoditas  legendaris  Tembakau  Deli,   berinvestasi cukup besar di sektor hulu dan   dengan  Pemerintah  Kota  Medan
                    PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I)      hilir, termasuk membangun infrastruktur dan    menjadi kunci utama agar Tembakau
           Dyang merupakan bagian dari Holding              kebutuhan   penunjang   lainnya.  Harapannya,  Deli kembali mendunia.
            Perkebunan   Nusantara   PTPN   III  (Persero),  reputasi  Tembakau Deli kembali  seperti  masa   Wakil Wali Kota Medan, Rico Tri Putra Bayu
            memperkuat sinergi dengan Pemerintah Kota       kejayaannya dulu. Sinergi yang telah terjalin baik   Waas juga mengakui, Tembakau Deli merupakan
            Medan.                                          antara PTPN I dan Pemkot Medan diharapkan terus   warisan bersejarah Kota Medan. Dengan kolaborasi
               Silaturahmi antara Region Head PTPN Regional   diperkuat agar Tembakau Deli kembali dikenal di   bersama PTPN I, dirinya berharap produk ini
            1, Didik Prasetyo, beserta jajaran dengan Wakil Wali   pasar internasional.                    dapat memberikan nilai tambah bagi ekonomi
            Kota Medan, Rico Tri Putra Bayu Waas menjadi       Saat ini cerutu Deli Nusantara hadir dalam   daerah  dan  membuka  lapangan  kerja  baru  bagi
            awal langkah strategis  dalam  agenda  revitalisasi   empat varian, yakni Helvetia Premium, Helvetia 1,   masyarakat.
            Tembakau Deli sebagai warisan ekonomi dan       Helvetia 2, dan Saentis. Sebagai wujud komitmen   Sebagai tindak lanjut kolaborasi, kedua pihak
            budaya yang pernah mendunia.                    PTPN I Regional 1 dalam menghasilkan tembakau   membahas  pengembangan  wadah  penikmat
               Seperti  diungkapkan   Didik   Prasetyo  ,   premium berstandar dunia.                      cerutu di kawasan Nusa Dua Heritage, area
            PTPN I Regional 1 siap berperan aktif dalam        Revitalisasi Tembakau Deli menjadi bagian   bersejarah yang dahulu merupakan Rumah Sakit
            menghidupkan Kembali kejayaan “Emas Hijau       dari strategi besar PTPN Regional 1 untuk      Tembakau Deli di pusat Kota Medan. Kawasan ini
            Deli” melalui pendekatan terintegrasi dari hulu   menghidupkan  kembali komoditas unggulan     diharapkan  menjadi  destinasi wisata  sejarah dan
            hingga hilir. Untuk mendukung hal itu, pihaknya   Nusantara.  Potensi  Tembakau  Deli,  bukan  budaya tembakau sekaligus pusat promosi Cerutu
            telah menyiapkan dan mencadangkan lahan         hanya tentang bisnis,  tetapi juga melestarikan   Deli Nusantara.
            seluas 500 ha.                                  warisan historis dan  menciptakan nilai  ekonomi
   1   2   3   4   5   6   7   8