Page 206 - PRODUK BUKU MAHASISWA
P. 206
menyuarakan dirinya sendiri. Ia berhadapan dengan suara lain,
teks lain. Dengan kata lain, intertekstualitas berkenaan dengan
faktor-faktor yang membuat pelaksanaan satu teks bergantung
pada pengetahuan dari satu atau lebih teks yang dijumpai
sebelumnya. Menurut prinsip interteksualitas, setiap teks dibaca
dengan latar belakang teks-teks lain. Hal itu menunjukkan bahwa
akan senantiasa ada keterkaitan antara teks yang satu dengan
teks yang lain (Setiawan & Halum, 2016). Oleh sebab itu, teori
intertekstualitas dipakai untuk menghadirkan bagaimana
wartawan menghadapi aneka suara itu dan bagaimana ia
menampilkan suara dan pandangan banyak pihak itu dihadapkan
dengan suara sendiri yang akan ditampilkan dalam teks berita.
Masalah intertekstualitas dalam berita diantaranya dapat
dideteksi dari pengutipan sumber berita/narasumber dalam
berita. Menurut Fairclough suara seorang sumber berita yang
akan dijadikan berita bisa ditampilkan secara langsung (direct
discourse) dapat juga secara tidak langsung (indirect discourse).
Pemilihan antara pengutipan langsung dengan pengutipan tidak
langsung bukanlah semata-mata persoalan teknis jurnalistik,
karena sebetulnya pilihan mana yang diambil menggambarkan
strategi wacana bagaimana wartawan menampatkan dirinya
ditengah banyak suara yang berada diluar dirinya. Ini sebetulnya
paradoks dalam suatu berita, seperti halnya paradoks yang
disuarakan oleh sastra. Sumber berita yang merupakan suara-
suara yang sedemikian banyak dari suatu peristiwa pada dasarnya
tidak berbicara secara langsung kepada khalayak, tetapi lewat
wartawan.
Intertekstualitas secara umum, dapat dibagi ke dalam dua
bagian, yaitu manivest intertectuality and interdiscursivity
(Eriyanto, 2001:310). Kedua bagian itu akan dijelaskan dibawah
ini, sebagai berikut,
Scientific Inquiry untuk Materi Analisis Wacana Kritis 201