Page 62 - PDF Compressor
P. 62
3) penyiaran berita melalui surat kabar, majalah, radio dan televisI; 4)
orang-orang yang bergerak dalam penyiaran berita; 5) medium penyiaran
berita, yakni surat kabar, majalah, radio, dan televisi.
Weiner (1990:367) berpendapat, pers adalah: 1) wartawan cetak
atau media cetak (istilah yang lebih meluas untuk semua media); 2)
publisitas, peliputan berita; 3) mesin cetak, naik cetak. Sementara itu,
Sobur (2001:146) menyimpulkan bahwa pers adalah media cetak yang
mengandung penyiaran fakta, pikiran, ataupun gagasan dengan kata-
kata tertulis. Dalam perspektif bisnis, Djuroto (2004:3) menyebutkan pers
sebagai suatu kelompok kerja yang terdiri dari berbagai komponen
(wartawan, redaktur, tata letak, percetakan, sirkulasi, iklan, tata usaha,
dan sebagainya) yang menghasilkan produk berupa media cetak.
Istilah pers pada era sembilan puluhan makin berkembang. Istilah
pers makin menguatkan konteksnya pada media komunikasi. Istilah pers
pun berkembang mengikuti perkembangan media komunikasi. Ketika,
media komunikasi menguat pada surat kabar, istilah pers hanya berlaku
pada media cetak. Namun, ketika berkembang juga media komunikasi
lainnya, terutama media elektronik seperti televisi dan radio, bahkan
akhir-akhir ini internet atau media sosial, maka munculah makna pers
secara luas, yakni menyangkut juga media elektronik dan media online.
Oleh karena itu, ketika berbicara pers, maka berbicara media cetak, media
elektronik, dan media sosial. Hal itu membenamkan makna lama bahwa
pers tidak sekedar berkait dengan cetakan atau media cetak.
Namun begitu, sebagian insan pers, bahkan para ilmuwan
komunikasi sering membagi pengertian pers dalam konteks sempit dan
luas. Arti pers secara sempit hanya sekitar persuratkabaran, tetapi dalam
arti luas pers menyangkut media cetak dan media elektronik. Bahkan,
juga pers sering dikaitkan langsung dengan kegiatan jurnalistik, terutama
kegiatan yang berhubungan dengan menghimpun berita, baik oleh
wartawan media elektronik maupun oleh wartawan media cetak.
Dalam konteks yuridis formal di Indonesia, arti pers dibatasi
melalui Pasal 1 ayat (a) Undang-Undang No 40 Tahun 1999 tentang Pers.
Dalam undang-undang itu disebutkan bahwa pers adalah lembaga sosial
dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik
meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar,
suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya
dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis
saluran yang tersedia.
Batasan pers berdasarkan undang-undang tersebut menguatkan
pengakuan terhadap pers yang ada di Indonesia dalam sejumlah posisi
60