Page 92 - PDF Compressor
P. 92

memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional, mempertebal
                                rasa  tanggung  jawab  dan  disiplin  nasional,    membantu
                                meningkatkan      kecerdasan    kehidupan     bangsa    serta
                                menggairahkan partisipasi rakyat dalam pembangunan;
                            e.  Memperjuangkan  terwujudnya  tata  internasional  baru  di
                                bidang  informasi  dan  komunikasi  atas  dasar  kepentingan
                                nasional  dan  percaya  pada  kekuatan  diri  sendiri  dalam
                                menjalin kerjasama regional, antar regional dan internasional,
                                khususnya di bidang pers.
                            Kewajiban  lainnya  yang  tersurat  dalam  Undang-Undang  No.  21
                     Tahun  1982  di  antaranya  bahwa  setiap  penerbitan  pers  yang
                     diselenggarakan  oleh  perusahaan  pers  memerlukan  Surat  Ijin  Usaha
                     Penerbitan  Pers  (SIUPP)  yang  dikeluarkan  pemerintah.  Ketentuan  ini
                     mewajibkan  kepada  semua  penerbitaan  pers  untuk  menempuh
                     perubahan kepada pemerintah untuk mendapatkan SIUPP. Pers nasional
                     pun,  dalam  batas-batas  tertentu,  memiliki  kewajiban  untuk  memenuhi
                     permintaan  masyarakat  pembacanya  yang  akan  menggunakan  Hak
                     Jawab.
                            Tentang  hak  pers  nasional,  berada  pada  Pasal  3  yang  berbunyi,
                     pers  mempunyai  hak  kontrol,  kritik,  dan  koreksi  yang  bersifat
                     konstruktif.  Pasal  ini  hampir  sama  dengan  yang  ada  pada  Undang-
                     Undang  No.  11  Tahun  1966.  Perbedaannya  hanya  menghilangkan  kata
                     bersifat korektif. Dalam konteks makna, penghilangan kata tersebut tidak
                     berpengaruh.    Penghilangan    kata   tersebut   hanya   pertimbangan
                     penghematan  kata  karena  pada  sebelumnya  sudah  disebutkan  hak
                     koreksi, ketika terdapat hak koreksi, berarsi sifatnya harus korektif.
                            Undang-undang  yang  menyuratkan  hak  dan  kewajiban  pers
                     secara  formal  yang  terakhir  dan  masih  berlaku  sampai  saat  ini  (2010)
                     adalah  Undang-Undang  No.  40  Tahun  1999.  Undang-undang  ini  lahir
                     pada  Era  Reformasi  sehingga  semangatnya  pun  semangat  perubahan
                     yang besar-besaran dalam pembinaan pers. Bahkan, undang-undang ini
                     cenderung merupakan ‚perlawanan‛ terhadap pemerintahan Orde Baru,
                     sehingga  jika  dibandingkan  dengan  undang-undang  sebelumnya  akan
                     banyak perubahan.
                            Yang  cukup  substantif  dalam  undang-undang  ini  adalah
                     kesertaan masyarakat sebagai pengawas pelaksanaan hak dan kewajiban
                     pers  nasional.  Dalam  melaksanakan  hak  dan  kewajiban,  pers  harus
                     menghormati hak asasi setiap orang, sehingga dituntut adanya pers yang
                     professional  dan terbuka dikontrol oleh masyarakat. Kontrol masyarakat
                     di  maksud,  di  antaranya:  oleh  setiap  orang  dengan  dijaminnya  Hak
                     Jawab  dan  Hak Koreksi;  oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan  seperti
                                                        90
   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97