Page 99 - PDF Compressor
P. 99

upayanya  sia-sia.  Burung  dara  hanya  melihat  daun  dan  ranting  pohon
                     zaitun  (olijf)  yang  tampak  muncul  ke  permukaan  air.  Ranting  itu  pun
                     dipatuknya  dan  dibawanya  pulang  ke  kapal.  Dari  penemuan  burung,
                     Nabi  Nuh  mengambil  kesimpulan,  air  bah  sudah  mulai  surut,  tapi
                     permukaan  bumi  masih  tertutup  air,  sehingga  burung  dara  tidak
                     menemukan  tempat  untuk  istirahat.  Kabar  dan  berita  itu  pun
                     disampaikan Nabi Nuh kepada seluruh anggota penumpangnya.
                            Atas  dasar  fakta  tersebutlah,  para  ahli  sejarah menamakan Nabi
                     Nuh sebagai seorang pencari berita dan penyiar kabar (wartawan) yang
                     pertama  kali  di  dunia.  Bahkan,  disimpulkan  Kantor  Berita  pertama  di
                     dunia adalah Kapal Nabi Nuh.
                            Peristiwa  lain  yang  dianggap  ada  kaitannya  dengan  sejarah
                     Jurnalistik adalah catatan peristiwa Kerajaan Romawi jaman Raja Imam
                     Agung  yang  selalu  menyuruh  orang  membuat  catatan  tentang  segala
                     kejadian  penting.  Catatan  itu  dibuat  pada  annals  (papan  tulis  yang
                     digantungkan  di  serambi  rumah  raja).  Catatan  pada  papan  tulis  itu
                     merupakan  pemberitahuan  atau  pengumuman  bagi  setiap  orang  yang
                     lewat.
                            Hal  seperti  itu  dilanjutkan  Raja  Julius  Caesar  dengan  selalu
                     mengumumkan  hasil  persidangan  senat,  berita  tentang  kejadian  sehari-
                     hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan
                     diketahui  rakyatnya,  dengan  jalan  menuliskannya  pada  papan
                     pengumuman berupa papan tulis pada masa itu (60 SM). Papan tulis itu
                     dikenal dengan sebutan acta diurna dan diletakkan di Forum Romanum
                     (Stadion  Romawi)  untuk  diketahui  umum.  Terhadap  isi  acta  diurna
                     tersebut setiap orang boleh membacanya, bahkan boleh mengutipnya dan
                     menyebarluaskannya  ke  tempat  lain.  Acta  diurna  itulah  yang  disebut-
                     sebut sebagai cikal bakal lahirnya surat kabar harian.
                            Berbeda  dengan  media  berita  saat  ini  yang  'mendatangi'
                     pembacanya, pada waktu itu pembaca yang datang kepada media berita
                     tersebut. Sebagian khalayak yang merupakan tuan tanah/hartawan yang
                     ingin  mengetahui  informasi  menyuruh  budak-budaknya  yang  bisa
                     membaca dan menulis untuk mencatat segala sesuatu yang terdapat pada
                     Acta Diurna. Dengan perantaraan para pencatat yang disebut  Diurnarii,
                     para  tuan  tanah  dan  hartawan  tadi  mendapatkan  berita-berita  tentang
                     Senat.
                            Diurnarii  tidak  terbatas  kepada  para  budak,  tetapi  juga  orang
                     bebas  yang  ingin  menjual  catatan  harian  kepada  siapa  saja  yang
                     memerlukannya. Beritanya pun bukan saja kegiatan senat, tetapi juga hal-
                     hal  yang  menyangkut  kepentingan  umum  dan  menarik  khalayak.
                     Akibatnya terjadilah persaingan di antara Diurnarii untuk mencari berita
                                                        97
   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104