Page 104 - PDF Compressor
P. 104

pengumpulan, pengolahan, dan penyiaran dalam bentuk fakta, pendapat,
                     ulasan,  gambar-gambar  dan  lain  sebagainya  untuk  perusahaan  pers,
                     radio,  televisi  dan  film.  Sementara  itu,  Undang-Undang  No.  40  Tahun
                     1999  mendefinikan  wartawan  adalah  orang  yang  secara  teratur
                     melaksanakan kegiatan jurnalistik.
                            Sejumlah  pasal  dalam  peraturan  perundang-undangan  tentang
                     Pers pun menegaskan bahwa wartawan adalah sebuah profesi. Kendati
                     pada awal-awalnya pengakuan profesi untuk wartawan ini tidak dikenal.
                     Baik dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 1966, Undang-Undang No. 4
                     Tahun  1967  tentang  Pokok-Pokok  Pers,  Undang-Undang  No.  21  Tahun
                     1982  tentang  Perubahan  Atas  Undang-Undang  No.  11  Tahun  1966  dan
                     Peraturan     Menteri     Penerangan      Republik     Indonesia     No.
                     01/Per/Menpen/1984  tentang  Surat  Ijin  Usaha  Penerbitan  Pers  tidak
                     muncul  istilah  profesi.    Namun,  Undang-Undang  No.  40  Tahun  1999
                     tentang  Pers,  tepatnya  pada  Bab  I,  Pasal  1  ayat  (10),  munculah  istilah
                     profesi,  ‚Hak  tolak  adalah  hak  wartawan  karena  profesi-nya,  untuk
                     menolak mengungkapkan nama dan atau identitas lainnya dari sumber
                     berita  yang  harus  dirahasiakan.‛    Kemudian,  pada  Bab  III  Pasal  8,  ‚
                     Dalam  melaksanakan  profesi-nya  wartawan  mendapatkan  perlindungan
                     hukum.‛
                            Landasan  itulah  yang  menguatkan  bahwa  wartawan  adalah
                     sebuah  profesi.  Oleh  karena  itu,  banyak  hal  yang  dilakukan  oleh  para
                     wartawan,  terutama  organisasi  wartawan  untuk  menyejajarkan  diri
                     seperti profesi-profesi lainnya. Bahkan, organisasi wartawan tertua yang
                     sempat menjadi satu-satunya organisasi wartawan di Indonesia pada pra-
                     reformasi  (sebelum lahirnya  Undang-Undang  No. 40  Tahun  1999)  telah
                     memproklamasikan wartawan sebagai profesi.
                            Dalam     konteks   ‚yuridis‛,   PWI    jauh-jauh   hari   sudah
                     mencantumkan istilah profesi dalam Kode Etik Wartawan Indonesia dan
                     dalam  konteks  praktis  PWI  pun  sudah  selektif  dalam  melakukan
                     rekruitmen wartawan. Kendati media massa yang memiliki kewenangan
                     untuk  mengangkat  wartawan,  tetapi  untuk  membuktikan  ia  sebagai
                     wartawan, harus memiliki Kartu ‚Biru‛ PWI. Untuk mendapatkan Kartu
                     PWI, setiap media massa harus mengirimkan calon wartawannya untuk
                     mengikuti  test  yang  diselenggarakan  PWI.  Jika  lulus,  mereka  berhak
                     mendapatkan  Kartu  PWI  dan  menyandang  sebutan  profesi  wartawan.
                     Bahkan,  setelah  itu  tidak  hanya  harus  mengikuti  test,  seseorang  yang
                     ingin  menjadi  wartawan  harus  juga  mengikuti  KLW  (Karya  Latihan
                     Wartawan)  yang  diselenggarakan  PWI.  Apalagi,  pada  pasca  reformasi,
                     jelas  sekali  pengakuan  atas  profesi  wartawan  terdapat  dalam  Undang-
                     Undang  No.  40  Tahun  1999  sehingga  fakta  bahwa  wartawan  adalah
                                                       102
   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109