Page 106 - PDF Compressor
P. 106
‚sepihak‛ atau oleh satu-dua organisasi kewartawanan tidak dapat
mengikat secara formal wartawan yang tidak tergabung dalam organisasi
tersebut. Sebagai perekat pelaksanaan kode etik di antara organisiasi
wartawan tersebut, secara formal ditetapkan oleh lembaga lain yang
diberinama Dewan Pers.
Dalam Bab V Pasal 15 Undang-Undang No. 40 Tahun 1999
dijelaskan tentang apa atau siapa Dewan Per situ. Dewan Pers adalah
lembaga yang independen dan dibentuk untuk mengembangkan
kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan pers nasional. Terkait
dengan Dewan Pers akan dibahas pada Bab lain.
Kode Etik Jurnalistik seperti halnya kode etik yang dimiliki oleh
profesi lainnya, seperti Kode Etik Dokter, Kode Etik Pengacara, Kode Etik
Polisi, dan kode etik profesi lainnya. Kode Etika Jurnalitik berisi etika
atau ketentuan-ketentuan tertulis yang harus ditaati oleh orang yang
berprofesi sebagai wartawan/jurnalis. Karena bentuknya tertulis, Kode
Etik Jurnalistik ini bersifat formal. Secara filosofis, etika yang mengatur
tentang wartawan sebetulnya sudah ada, bahkan tidak hanya berlaku
bagi wartawan, tetapi bagi semua profesi; bagi semua mahluk hidup di
dunia ini.
Wartawan adalah manusia biasa. Sebagai makhluk di muka bumi
ini, kehidupan wartawan diatur oleh khalik yang Maha Pengasih dan
Penyayang. Wartawan adalah khalifah yang diberikan amanah untuk
selalu mengabdikan diri pada Allah Swt. Oleh karena itu, sebagaimana
khalifah lainnya, segala amanah tersebut harus dipertanggungjawabkan
di alam kekal kelak.
Allah Swt berfirman, “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat
dzarrah pun, niscaya Dia akan melihat (membalas)-nya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya ia akan melihat (balasan)-
Nya pula” (QS,99:7-8).
Ketentuan Yang Maha Kuasa tersebut berlaku bagi semua umat
manusia di muka bumi ini, termasuk bagi wartawan. Segala perbuatan
wartawan, baik yang benar maupun yang salah menurut syari’at Islam,
akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah Swt.
Allah berfirman, ‛Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kami tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan,
dan hati semuannya itu akan diminta pertanggungjawabannya‛ (QS, 17:36).
Wartawan adalah profesi yang strategis. Profesi ini tidak hanya
menuntut kekuatan otot, tetapi memerlukan keterlibatan seluruh
eksistensi diri. Selain harus mengerahkan seluruh kemampuan panca-
indra (melihat, mendengar, merasa), juga harus menggunakan hatinya
dalam menjalankan tugas. Oleh karena itu, sangat wajar jika hasil
104