Page 107 - PDF Compressor
P. 107
pekerjaan wartawan, baik dalam bentuk tulisan di media cetak, siaran di
radio, dan tayangan di televisi, atau apapun bentuknya berpengaruh
besar pada kehidupan masyarakat. Wartawan memiliki andil besar dalam
membangun dan menumbuhkan prinsip-prinsip moral masyarakat.
Wartawan memiliki peran besar dalam mempertahankan,
memperkenalkan, sekaligus membunuh dan mengganti norma-norma
dalam masyarakat. Salah satu pilar keberlangsungan atau pewarisan
norma dalam masyarakat adalah wartawan.
Ali (dalam Mulyana,2001:129) mengungkapkan, seorang
komunikator (wartawan) wajib membela kebenaran, sehingga keadilan
tegak, karena ‛keadilan di antara orang-orang‛ tidak dapat dilaksanakan
tanpa menjaga kebenaran sebagai salah satu tugas utama komunikasi
massa (komunikasi menggunakan media massa). Syari’at Islam tidak
menyetujui dengan prinsip ‛masyarakat berhak mengetahui‛ dan
(sebagai akibatnya) ‛jurnalis berhak mengumpulkan informasi‛, seperti
yang dipraktekkan di Barat karena prinsip itu cenderung membenarkan
publikasi kejahatan atau keburukan orang lain.
Dalam Surat An-Nuur:15-19, Allah Swt memberikan panduan
bagaimana dan sejauh mana wartawan mengumpulkan dan
menyebarkan informasi. Dalam Surat Al-Humazah Ayat :1, Allah Swt
mengutuk kejahatan mengumpat (dengan kata-kata, sindiran, peniruan
perilaku, sarkasme atau hinaan) dan membicarakan keburukan orang
lain-meskipun hal itu benar dan dilakukan wartawan. Informasi yang
buruk, yang tidak berdasarkan pengetahuan yang pasti, tidak boleh
disebarluaskan, apalagi bila informasi itu mencemarkan karakter, nama
baik dan kehidupan seseorang, terutama orang-orang saleh. Syari’at
Islam berpandangan bahwa semua jenis kegiatan itu sebagai kejahatan,
meskipun hal tersebut biasa dilakukan media sekuler melalui sajian
berita, antikel, hiburan, atau tayangan iklan, Qur’an memperingatkan
bahwa setiap pikiran dan perbuatan manusia akan dimintai
pertanggungjawaban.
Menurut Deddy Mulyana (2001:129), berita atau artikel
sensasional yang mengandung dusta jelas tidak dibenarkan oleh Islam.
Sebagaimana Rasulullah Muhammad Saw. bersabda, ‛Barangsiapa yang
tidak meninggalkan dusta dan perbuatan jahat dan berbicara dengan kata-kata
buruk kepada orang lain, maka Allah tidak membutuhkan puasanya‛ (Hadist
Riwayat Bukhari).
Islam pun menuntut pada umatnya untuk menutup keburukan-
keburukan dan dosa-dosa orang lain. Sebagaimana hadist Rasulullah
Muhammad Saw.,‛Bila seseorang menutup aib saudaranya, Allah akan
menutup aibnya pada hari kiamat. Bila seseorang membukakan aib saudaranya,
105