Page 105 - PDF Compressor
P. 105

sebagai profesi makin kuat.
                            Apalagi, menurut Sobur (2001:104), terdapat empat macam atribut
                     professional  yang  melekat  pada  wartawan.  Pertama  otonomi:  ada
                     kebebasan  untuk  melakukan  pertimbangan  sendiri  dari  menjalankan
                     tugas,  teramasuk  adanya  organisasi  yang  dapat  mengatur  diri  sendiri.
                     Kedua  komitmen:  wartawan  harus  memiliki  titik  berat  komitmen  pada
                     pelayanan  terhadap  masyarakat,  bukan  sekedar  untuk  keuntungan
                     finansial pribadi. Ketiga keahlian: untuk menjadi seorang wartawan perlu
                     keahlian  tertentu  melalui  proses  pendidikan  dan  latihan.  Keempat
                     tanggung  jawab:  dalam  menjalankan  tugasnya  wartawan  harus  dapat
                     mempertanggungjawabkannya.
                            Hal  itu  makin  menguatkan  bahwa  dalam  konteks  formal
                     wartawan  harus  memiliki  etika.  Tindakan  PWI  yang  sudah  lama
                     membuat  kode  etik  bagi  para  wartawan  adalah  tindakan  yang  tepat.
                     Memang,  secara  filosofis,  sejatinya  semua  pekerjaan,  baik  yang  dapat
                     dikategorikan profesi ataupun bukan harus memiliki etika. Bahkan, orang
                     per orang yang tidak ada kaitanya dengan pekerjaan juga terikat dengan
                     etika, baik disengaja atau pun tidak; baik disadari ataupun tidak. Karena
                     etika  menyangkut  hati  nurani  manusia  yang  membedakan  dengan
                     mahluk lain dalam takaran benar-salah; baik-buruk. Namun, khusus bagi
                     profesi  etika  merupakan  bagian  penting  dan  formal  yang  harus  ada
                     dalam bentuk tertulis dan hasil kesepakatan di antara orang atau pihak
                     yang berkait dengan profesi tersebut. Bahkan, keberadaan kode etik bagi
                     sebuah pekerjaan menunjukkan tingkat professional pekerjaan tersebut.
                            Namun,  pada  era  reformasi  dengan  lahirnya  kebijakan  bahwa
                     organisasi wartawan tidak tunggal (tidak hanya PWI) sebagai isi Undang-
                     Undang  No.  40  Tahun  1999  diperlukan  upaya  kebersamaan  dari
                     organisasi  wartawan  tersebut  untuk  menyepakati  kode  etik  wartawan
                     Indonesia. Hal ini bukan berarti Kode Etik Wartawan produk PWI tidak
                     berlaku lagi. Dalam konteks keanggotaan PWI, Kode Etik Wartawan yang
                     dikeluarkan  PWI  tetap  berlaku,  tetapi  hanya  mengikat  anggota  PWI.
                     Artinya,  bagi  wartawan  yang  organisasinya  di  luar  PWI  secara  formal
                     tidak  terikat.  Padahal,  Pasal  7  ayat  (2)  Undang-Undang  No.  40  Tahun
                     1999  dengan  tegas  menyebutkan  bahwa.  ‚  Wartawan  memiliki  dan
                     menaati Kode Etik Jurnalistik. ‚ Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan
                     etika profesi kewartawan.
                            Dalam penjelasan pasal tersebut ditegaskan kembali bahwa yang
                     dimaksud  Kode  Etik  Jurnalistik  adalah  kode  etik  yang  disepakati
                     organisasi  wartawan  dan  ditetapkan  oleh  Dewan  Pers.  Penjelasan  ini
                     menguatkan  bahwa  harus  ada  kesepakatan  di  antara  organisasi
                     kewartawan untuk membuat kode etik, sehingga kode etik yang dibuat
                                                       103
   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110