Page 101 - PDF Compressor
P. 101

Indonesia Raya dan Majalah Tempo merupakan dua contoh nyata dalam
                     sensor  kekuasaan  yang  dipegang  melalui  Departemen  Penerangan
                     (Deppen) dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Titik kebebasan pers
                     mulai terasa lagi saat BJ Habibie menggantikan Soeharto sebagai Presiden
                     RI, pada 1998. Banyak media massa yang muncul dan PWI pun tidak lagi
                     menjadi  satu-satunya  organisasi  profesi  kewartawanan.  Apalagi  setelah
                     lahirnya Undang-Undang No. 40 Tahun 1999, Undang-Undang Penyiaran
                     dan  Kode  Etik  Jurnalistik,  kegiatan  jurnalistik  di  Indonesia  makin
                     semarak. Terlebih setelah lahirnya Pasal 28 F Undang-Undang Dasar 1945
                     yang  memberikan  kebebasan  luar  biasa  kepada  setiap  warga  negara
                     untuk melakukan kegiatan Jurnalistik. Titik itu merupakan titik pangkal
                     lahirnya citizen journalism atau jurnalistik warga.

                            D.  Wartawan
                            Berbicara  Jurnalistik  tidak  dapat  melepaskan  diri  dari  Jurnalis.
                     Jurnalistik merupakan satu rangkai yang berkait dengan profesi jurnalis
                     atau wartawan. Oleh karena itu, ketika bicara jurnalistik,  wartawan pun
                     harus  dibicarakan.    Jurnalistik  lebih  mengarah  pada  ‚aktivitas‛  atau
                     proses  kerja  kewartawanan  atau  kepenulisan,  sedangkan  jurnalis  atau
                     wartawan menunjukkan pada orang yang menjalankan tugas atau yang
                     tugasnya mencari berita.
                            Secara singkat jurnalistik dapat diartikan sebuah proses dari mulai
                     pencarian  sampai  penyebarluasan informasi  (berita).  Yang  menjalankan
                     proses  pencarian  itu  adalah  wartawan.  Oleh  karena  itu,  wartawan
                     disebutkan  sebagai  orang  yang  pekerjaannya  mencari  berita.  Apalagi,
                     secara etimologi, wartawan berasal dari kata warta dan wan. Warta dalam
                     Bahasa  Indonesia    berarti  berita  dan  dalam kamus  teknologi  dapat  juga
                     diartikan sebagai informasi.  Wan adalah akhiran Bahasa Indonesia yang
                     diserap  dari  Bahasa  Sangsakerta. Akhir  wan  untuk  menunjukkan  orang
                     yang  berprofesi  atau  orang  yang  memiliki.  Namun,  dalam  konteks
                     wartawan,  akhiran  wan  bermakna  orang  yang  berprofesi  sebagai
                     pewarta/pencari dan pembuat berita.
                            Dalam dunia pers internasional istilah wartawan sepadan dengan
                     istilah  jurnalis.  Keduanya  bermakna  orang  yang  berpropfesi  sebagai
                     pencari dan pembuat berita. Namun, kata jurnalis lebih popular dan lebih
                     meng-internasional karena kata tersebut bukan Bahasa Indonesia, tetapi
                     diambil  dalam  Bahasa  Inggris  Journalis.  Namun,  karena  kata  tersebut
                     sangat  popular,  sehingga  diserap  menjadi  Bahasa  Indonesia  Jurnalis.
                     Sebagaimana  disinggung  di  muka,  kata  Journalis  berasal  dari  Bahasa
                     Romawi  Diurnarii,  yakni  orang  yang  membaca  dan  menulis  untuk
                     mencatat segala sesuatu yang terdapat pada Acta Diurna.
                                                        99
   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106