Page 45 - PDF Compressor
P. 45

RRI Berawal Dari Gedung Bekas Hotel
                    Sebagai bangsa yang pernah mengalami pahit getirnya perjuangan
                mencapai kemerdekaan, maka riwayat keradioan di Indonesia pun ikut
                bergelombang seirama dengan keadaan negara. Secara resmi Radio
                Republik Indonesia (RRI) lahir 11 September 1945. Akan tetapi, pada
                awal abad ke-20 ketika Pemerintah Hindia Belanda merasa perlu
                mempunyai sarana komunikasi dunia, keradioan di negeri ini ikut pula
                berperan.
                    Ketika pecah Perang Dunia I, kebutuhan radio semakin terasa. Sebagai
                satu-satunya sarana pengiriman berita rahasia dari Nederland pada saat
                itu ialah telegraf melalui laut Eden. Padahal waktu itu Eden telah jatuh
                ke tangan Inggris.
                    Setelah melalui berbagai macam percobaan, barulah pada akhir
                Perang Dunia I sistem jaringan radio yang didambakan itu terwujud.
                Namun, belum ada siaran tetap dengan program lengkap, apalagi siaran
                untuk kepentingan politik. Cara kerja sistem gelombang pendek pun
                belum cukup dikenal. Siaran hanya dapat digunakan melalui gelombang
                di atas seribu meter.
                    Siaran perdana dengan program tetap dalam bahasa Belanda baru
                terlaksana 16 Juni 1925, yaitu hari lahirnya Perkumpulan Radio Batavia
                (Bataviase Radiovereniging). Siaran pertamanya dilakukan dari sebuah
                ruangan di Hotel Des Indes, sekarang Duta Merlin. Kemunculan BRV
                itu diikuti oleh radio lain di berbagai kota, seperti PMY di Bandung dan
                VERAL di Yogyakarta.
                    Keberadaan radio sebagai alat komunikasi saat itu mulai pula
                dimanfaatkan oleh para pedagang untuk mempropagandakan berbagai
                barang. Dari situ lahirnya berbagai radio Progandis. Masyarakat pun
                mendengar iklan piringan hitam, stok kopi, lada, gula, dan sebagainya.
                Acara musik pun mulai terdengar menyelingi siaran iklan. Keadaan
                demikian menarik perhatian Pemerintah Hindia Belanda, lalu mereka
                memesan seperangkat peralatan radio dari Amerika Serikat.
                    Berdirilah Perusahaan Siaran Radio Hindia Belanda atau yang
                disingkat NIROM (Nederlands Indisce Radio Omroep Maatscappj). Basis
                utama di wilayah Tanjung Priok, Jakarta Utara. Dukungan dananya cukup
                kuat dari Pemerintah Hindia Belanda, sehingga NIROM pun semakin
                berkembang pesat. Di samping membangun stasiun di Surabaya,
                Semarang, Bandung dan Medan, beberapa stasiun relai mereka dirikan
                pula. Untuk memperkuat daya pancar siaran pusat, dibangun stasiun-
                stasiun utama di sebuah gedung bekas hotel di Jakarta, Sounevack
                (sekarang bangunan RRI). Sejak saat itu pula pemilik pesawat radio
                dikenakan pajak. (Dikutip dari Warna Sari No. 116, September 1988)




                                                                  BAB 3   35
                                                    Bentuk-Bentuk Karangan
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50