Page 48 - PDF Compressor
P. 48
Timur Masih Unggul
Olimpiade Seoul memasuki hari kelima memperlihatkan bahwa
dalam kelas sepuluh besar peraih medali, enam diantaranya adalah
negara-negara sosialis, dipelopori Uni Soviet, disusul Jerman Timur dan
Bulgaria. Amerika Serikat masih menguntit di belakang pada nomor
empat.
Olimpiade Seoul itu ajang petaruh besar. Petaruh spor, petaruh dagang,
petaruh diplomasi, dan petaruh kepentingan-kepentingan purna
Olimpiade. Karena ukuran wibawa dan gengsi memang dipacu dalam
ukuran perolehan medali-medali dari klasemennya, pertarungan untuk
menerobos angka-angka prestasi lama, melampaui dan mengalahkannya,
merupakan ambisi-ambisi pokok dalam turnamen-turnamen.
Cita-cita tuan rumah Korea Selatan untuk menjadi yang diperhitungkan
dalam jumlah perolehan medali, kini menjadi tanda tanya. Pada hari
kelima ia baru mencapai 1 emas, 2 perak dan 3 perunggu. Amerika
Serikat 3 emas, 3 perak dan 4 perunggu. Sedangkan Uni Soviet 7 emas,
3 perak dan 8 perunggu. Dalam beberapa hari ini akan bisa dilihat
bagaimana kontingen-kontingen peserta membaca situasi lapangan,
memacu diri, meningkatkan perolehan atau mengoreksi kelemahan. Tapi
yang jelas, ada beberapa negara yang agak bahagia. Misalnya Turki yang
memperoleh emas dari angkat besi oleh atlet pelarian dari Bulgaria,
Naim Suleymanoglu. Costa Rica yang gempar karena perenang putrinya
Sylvia Pool berhasil pertama kali memberi negaranya – walau – medali
perak, sesudah costa Rica mengambil bagian dalam pesta Olimpiade
selama 92 tahun. Suriname pun lewat perenang Anthony Nesty,
menyingkirkan jago AS, Matt Biondi, dan menggondol emas. Suatu
kejutan.
Angkasa prestasi dari pesta Olimpiade 1988 ini diisi banyak bintang-
bintang baru yang cukup memukau. Mereka naik dari tingkatan prestasi
lebih bawah atau muncul secara dadakan, tapi itu tanda bahwa turnamen-
turnamen ini cukup menantang. Dengan demikian, perspektif pemburuan
medali dan prestasi menjadi ciri yang amat mewarnai Olimpiade XXIV
ini.
Hanya sayang bahwa kebanyakan rakyat Korea cuma menonton dari
jauh. Olimpiade dikecam sebagai pesta orang-orang kaya dari dalam
dan dari luar, semua ongkos dan karcis amat mahal. Dengan demikian,
rakyat telah ditutup pintu untuk mengikuti perlombaan-perlombaan
langsung dari lapangan pertandingan, kecuali lewat pesawat televisi di
rumahnya masing-masing. Seluruh upaya serta pameran yang ditampilkan
terbatas dalam lingkaran spesifik kubu elit. Olimpiade memang belum
bisa dianggap sebagai telah dan mampu memasyarakat. Penyelenggaraan
di Korea memperkuat asumsi itu.
38 DASAR-DASAR MENULIS
dengan Penerapannya