Page 141 - BUMI TERE LIYE
P. 141

TereLiye “Bumi” 138



                         Seli  menghantamkan  lagi  tangannya  ke depan.

                         Kali  ini  sosok  tinggi  kurus  itu  lebih  siap.  Dia  balas   memukul.   Lubang
                  hitam  menganga  muncul,  menggantung  di  depan  mem-bentuk  tameng.
                  Larikan  petir  yang  diciptakan  Seli  tersedot  ke dalam.  Lubang  itu  mengecil,
                  hilang.  Sosok  tinggi  kurus  itu   men-dorongkan   telapak  tangannya  ke depan.
                  Entah  disentuh  kekuatan  apa,  meski  telapak  tangan  itu  jaraknya  masih  tiga
                  meter  dari  kami,  Seli   tetap   terbanting  menghantam  dinding  aula.


                         Aku  menjerit  ngeri.  Itu pasti  sakit  sekali.

                         Seli  mengerang,  terkulai  duduk.


                         ”Ringkus  mereka  berdua!”  Sosok  tinggi  kurus  itu  tidak  peduli.  Dia
                  justru  berseru  lantang  ke belakangnya.  ”Akan  menarik  sekali  bisa  membawa
                  pulang  seorang  anggota  Klan  Matahari.”

                         Delapan  orang  membawa  panji  meloncat  ke depan,  meng-hunus  panji
                  tinggi  mereka  yang  sekarang  berubah  menjadi  tom-bak  panjang  berwarna
                  perak.




                         Seli  masih  berusaha  memukulkan  tangannya  ke  depan,  me-lawan,
                  selarik  kilat  menyambar,  lebih  redup  dibanding  sebelum-nya,  tapi  delapan
                  orang  itu  dengan  mudah  menghindar.              Ali  ber-teriak  di  sebelahku,
                  mengayunkan  pemukul  bola  kasti,  juga  melawan,  tapi  salah  satu dari  mereka
                  menangkisnya  dengan  tombak.  Ali  ter-lempar  ber-sama  pemukul  bola
                  kastinya.

                         Aku  mendesah  cemas.  Apa  yang  harus  kulakukan?  Aku  juga  harus
                  melawan.


                         Tanganku  teracung  ke depan,  berseru  lantang,  ”Hilanglah!”

                         Tiga  dari  mereka  yang  membawa  tombak  memang  menghilan g
                  seketika,  tapi  kemudian  kembali  muncul.  Tidak  berkurang   apa   pun,  malah
                  maju  semakin  dekat,  mengancam  dengan  tombak  perak.











                                                                            http://cariinformasi.com
   136   137   138   139   140   141   142   143   144   145   146