Page 170 - BUMI TERE LIYE
P. 170
TereLiye “Bumi” 167
Aku dan Seli menonton, diam.
”Baiklah. Aku tidak akan menyerah.” Ali bersungutsungut. Kali ini dia
menatap baik-baik sofa bulat di depannya, me-megang-nya perlahan, lantas
naik perlahan, menjaga keseimbang-an. Ali nyengir lebar. Dia berhasil.
”Kalian mau mencobanya?” Ali berseru riang. ”Ini persis seperti
belajar naik sepeda. Sekali kita terbiasa, maka mudah saja.”
Aku dan Seli saling tatap.
”Ayo, coba saja, Ra, Seli, ini seru sekali. Kalian tahu, entah bagai mana
mereka melakukannya, sofa ini benar-benar melayang di atas lantai. Ini
hebat sekali. Bahkan kupikir, lembaga paling canggih macam NASA Amerika
sekalipun tidak punya teknologi ini.” Ali mencoba sofa bulat itu berputar .
Dia berhasil mem-buatnya bergerak mulus. Ali tertawa senang.
”Apa yang kamu lakukan?” aku berbisik mengingatkan Ali.
Kami jelas tidak sedang study tour, kami sedang tersesat. Sifat Ali yang
selalu santai kemungkinan bisa berbahaya. Si genius itu se-karang bahkan
asyik mencoba sofa bulat yang dia duduki, bergerak naik-turun.
Ali menatapku dengan wajah tanpa dosa.
”Maaf membuat kalian menunggu.” Ayah si kecil kembali, terlihat
riang, membawa nampan dengan tiga gelas di atasnya, juga tiga handuk
basah.
”Oh, kamu sudah mencobanya? Bagaimana? Itu jenis sofa paling
mutakhir.” Lelaki itu tertawa melihat Ali bergegas menurunkan sofany a
kembali ke posisi semula—Ali ter-lihat sedikit panik, karena ketahuan
menaik-turunkan sofa ter-sebut tanpa izin pemiliknya.
”Dia bertanya apa?” Ali berbisik kepadaku.
”Dia bilang, kamu tamu yang sama sekali tidak tahu sopan santun,”
aku menjawab asal.
http://cariinformasi.com