Page 304 - BUMI TERE LIYE
P. 304

TereLiye “Bumi” 301



                  masih  dikepung  Pasukan  Bayangan.  Itu berarti  sudah  dua  puluh  empat
                  jam  lebih  Av  bertahan.

                         Ou  sempat  berlari-lari  ke  pinggir  pantai.  Dia  melihat  sesuatu  di
                  kejauhan,  berseru  riang.  Aku  kira  itu  kapal  laut  atau  kapal  selam  milik
                  Pasukan  Bayangan,  ternyata  bukan.  Itu  ikan  paus  yang  muncul  di
                  permukaan,  besar  sekali.  Paus  itu  me-nyembur-kan  air  ke  udara,   membuat
                  semburan  yang  tinggi.  Ou  bertepuk  tangan  melihatnya.


                         Setelah  puas  menyaksikan  ikan  paus,  Ou disuruh  Vey tidur  siang,  dan
                  si  kecil  itu  mengangguk.  Ilo  juga  kembali  ke  rumah  peristirahat an,
                  membiarkan  kami  bertiga  di  pantai.  ”Kalian  bebas.  Tidak  ada  yang  perlu
                  dicemaskan  sepanjang  kalian  tetap  berada  di  dalam  pagar.”

                         Duduk-duduk  di  bawah  kanopi,  Ali  sempat  menyerahkan  lagi  buku

                  tulisnya.  Dia  punya  daftar  kosakata  baru  yang  disalinnya  dari  buku  dan
                  majalah.  Aku  tidak  banyak  protes,  membantu  membuat  padanan  kata.
                  Dengan  kemajuan  Ali  sudah  bicara  dengan  Ilo dan  Vey sepanjang  hari,  akan
                  banyak  manfaatnya  kalau  Ali  segera  menguasai  bahasa  dunia  ini.

                         ”Ali,  bagaimana  kamu  bisa  menghafal  semua  kosakata  ini  dengan
                  cepat?”  Seli  bertanya.

                         Ali  santai  menunjuk  kepalanya.

                         Aku menahan  senyum.  Aku tahu  maksudnya.  Dia  memang  punya  otak
                  brilian.  Tapi  sebelum  si  genius  itu  membanggakan  ke-mampuan  otaknya,
                  aku  memutuskan  menceletuk.  ”Maksudmu,  dengan  ketombe  di kepalamu?”

                         Aku  menatap  rambut  berantakan  Ali  yang  sering  ketombean  di
                  kelas.

                         Si genius  itu  membalas,  ”Setidaknya  aku  tidak  jerawatan,  Ra.
                  Besar.  Di  jidat  pula.”

                         Seli  tertawa,  teringat  kejadian  beberapa  hari  lalu  di sekolah  saat
                  dahiku  ditumbuhi  jerawat  batu  besar.  Ali  memang  selalu  menyebalkan.

                         ***









                                                                            http://cariinformasi.com
   299   300   301   302   303   304   305   306   307   308   309