Page 301 - BUMI TERE LIYE
P. 301

TereLiye “Bumi” 298



                         Aku  jadi  punya  ide  menarik.  Lalu  aku  berbisik  kepada  Seli,  sambil
                  menahan  tawa.

                         Seli  tertawa  duluan,  mengangguk,  lalu  menatap  ke arah  ka-nopi.


                         ”Apa  yang  akan  Kakak  lakukan?”  Ou  bertanya.

                         ”Ssstt,”  aku menyuruh  Ou  diam  dulu.

                         Tangan  Seli  teracung  ke salah  satu  bangku,  konsentrasi.

                         Tiba-tiba  Ali  terperanjat,  berseru  marah-marah,  majalah  dan  buku
                  ber-jatuhan.     Kami     tertawa.     Ou    bahkan     terpingkal-pingkal       sambil
                  memegangi  perut.


                         ”Apa  yang  kalian  lakukan?”  Ali  berteriak  sebal,  berpegangan  panik   ke
                  pinggiran  bangku  yang  mendadak  naik  satu  meter,  hampir  menyentuh  atap
                  kanopi.

                         ”Turunkan  aku,  Seli!  Cepat!”  Ali  melotot.

                         Seli  mengalah,  menurunkan  lagi  kursi  Ali.  Dan  si  genius  itu
                  mendatangi  kami,  mengomel  panjang  lebar.  Bilang  kami  telah   menggan ggu
                  dia  mempelajari  bahasa  dunia  ini.


                         ”Kamu  kan  pernah  memasang  kamera  di  kamarku,  Ali.  Jadi  tidak
                  perlu  juga  marah  berlebihan,”  aku  berkata  ringan,  merasa  tidak  bersalah —
                  meniru  gaya  Ali.

                         Ali  kembali  ke kanopi  sambil  bersungut-sungut.

                         ”Kamu  menggunakan  sarung  tangannya,  Sel?”  aku berbisik,  setelah   si
                  genius  itu  pergi.

                         Seli  menggeleng.

                         ”Bagaimana  kamu  melakukannya  tanpa  sarung  tangan?  Bukank ah
                  kamu  bilang  selama  ini  hanya  bisa  menggerakkan  benda­benda  kecil?”

                         ”Entahlah,  Ra.  Sepertinya  kekuatannya  terus  berkembang.”


                         Seli  memperhatikan  telapak  tangannya.





                                                                            http://cariinformasi.com
   296   297   298   299   300   301   302   303   304   305   306