Page 303 - BUMI TERE LIYE
P. 303
TereLiye “Bumi” 300
Ou memeluk Seli. Dia kaget, wajahnya pucat, tapi tetap
mem-beranikan diri mengintip, melihat buah kelapa muda berjatuhan,
berserakan di sekitar kami.
”Ada apa, Ra?” Ilo bertanya, cemas dan tersengal.
”Kami baikbaik saja, Ilo.” Aku berdiri, menepuk pakaianku yang
terkena pasir. ”Aku hanya mencoba memukul sesuatu, menunjukkannya ke
Ou, tapi ternyata kencang sekali. Maaf telah membuat kaget semua.”
Ilo mengembuskan napas lega. Dia mengira ada Pasukan Bayangan
yang datang.
”Buah kelapanya banyak sekali, Kak.” Ou mendekat, melihat buah
kelapa yang jatuh.
Ilo tertawa, mendongak, hampir seluruh buah kelapa jatuh.
”Ayo, anakanak, berhenti sebentar mainmainnya. Kita berkumpul
di kanopi,” dengan wajah masih cemas, Vey berseru.
”Kamu menggunakan sarung tangan, Ra?” Seli bertanya. Kami
melangkah ke bangku-bangku di bawah kanopi sambil membawa beberapa
kelapa muda.
Aku menggeleng. Jika aku memakainya, pukulanku akan lebih
kencang lagi.
Matahari semakin tinggi. Kami tidak membakar jagung, me-lain- kan
ubi-ubian. Bentuknya seperti singkong, dalam versi dua kali lipatnya, sudah
dicuci bersih, tinggal dibakar. Kami segera asyik menyiapkan ubi
masing-masing. Aroma ubi bakar berhasil membuat Ali meninggalkan
kamus dan buku-buku yang dia baca.
Sepanjang hari tidak banyak yang kami lakukan. Makan siang, minum
air kelapa muda, terasa segar, bermain di pantai, makan lagi, minum lagi.
Belum ada kabar dari Ily. ”Dia tidak akan leluasa menghubungi siapa
pun. Itu bisa mengundang kecurigaan. Ily baikbaik saja.” Itu pendapat Ilo,
dan itu masuk akal. Juga kabar dari ge-dung perpustakaan,
http://cariinformasi.com

