Page 305 - BUMI TERE LIYE
P. 305
TereLiye “Bumi” 302
Sorenya, aku dan Seli melatih kekuatan.
Kemajuan Seli pesat. Aku menatap takjub ketika dia berhasil
mengangkat butiran pasir. Tidak banyak, paling hanya segeng-gaman
tangan. Butir pasir itu bergerak naik, lantas mengambang. Seli membuat ny a
bergerak, berpilin, menyebar, menyatu, seperti angin puyuh kecil yang
bergerak lentur. Ali yang sedang mem-baca kosakata baru yang kutuliskan
berhenti sejenak, menatap tertegun dari kursi bawah kanopi.
”Ini keren, Sel,” aku berseru.
Seli tersenyum, menurunkan tangannya, jutaan butir pasir itu pun
luruh ke bawah.
Aku juga berlatih, meski tidak leluasa melatih pukulanku, karena pasti
mengeluarkan suara berdentum —dan mengganggu tidur siang Ou. Jadi aku
memilih berlatih trik yang dilakukan Miss Selena dan Tamus sewaktu
bertarung di aula sekolah. Lompat, menghilang, kemudian muncul lagi.
Tetapi kemajuanku tidak sebaik Seli. Aku memang bisa melompat jauh,
bergerak cepat, juga terdengar suara seperti gelembung air meletus pelan,
tetapi tubuhku tidak menghilang. Seli berkali-kali berseru memberit ahu.
”Aku masih melihatmu, Ra!” Hingga aku kelelahan bergerak ke manamana,
menyeka keringat di leher. Mungkin aku tidak cukup berkonsentrasi, atau
trik ini harus diajarkan oleh orang lain yang lebih dulu menguasainya.
Matahari mulai tenggelam di kaki barat.
Kami menghentikan semua aktivitas di pantai, asyik menatap garis
langit. Untuk kedua kalinya kami menyimak sunset di dunia ini, menatap
matahari perlahan-lahan tenggelam. Sama indahnya seperti kemarin sore.
http://cariinformasi.com

