Page 299 - BUMI TERE LIYE
P. 299
TereLiye “Bumi” 296
Ou duduk di meja makan, terus bertanya banyak hal kepada kami. Seli
sepertinya akrab dengan anak-anak. Sesekali percakap-an Ou dan Seli lucu,
membuat dapur dipenuhi tawa. Masakan siap setengah jam kemudian. ”Kita
langsung sarapan, tidak usah mandi dulu, Ra. Kita sedang liburan, tidak apa
sedikit malasmalasan.” Vey tersenyum. ”Hari ini semua orang bebas
bersantai. Ou, tolong bangunkan Kak Ali di atas.”
Ali tidak ada di kamarnya. Ou berlari menuruni anak tangga, melapor .
Kami jadi bingung, tapi syukurlah, Ali mudah ditemu-kan. Si genius itu
ternyata tertidur di sofa panjang, dengan buku-buku berserakan di
sekitarnya. Dia dibangunkan Ilo, dan ber--gabung ke meja makan dengan
langkah gontai, mata me-nyipit, rambut berantakan.
”Kamu sepertinya tidur larut sekali tadi malam. Jam berapa?” Ilo
bertanya kepada Ali.
”Tidak tahu persis aku, entahlah, tengah malam lewat mungkin,” Ali
menjawab sambil mengucek-ucek mata.
Astaga. Bahkan Vey yang sedang mengangkat masakan dari wajan ikut
kaget. Kami semua menatap Ali, terkejut. Si genius itu menjawab pertanyaan
Ilo dengan bahasa dunia ini. Susunan katanya masih berantakan, tapi itu
lebih dari cukup untuk dipahami.
”Sejak kapan kamu bisa bahasa dunia ini?” Ilo menatap Ali, tertawa
lebar.
”Sejak bangun tidur, kurasa, barusan, entahlah.” Ali menguap lebar,
duduk malas di bangku.
Aku menatap wajah kusut Ali, ikut tertawa. Meski menyebal-kan, jail,
dan kadar sok tahunya tinggi sekali, harus diakui Ali memang pintar. Entah
bagaimana caranya, dia berhasil memaksa menghafal ribuan kata tadi
malam.
Kami segera sarapan. Meja makan ramai oleh suara sendok dan piring.
http://cariinformasi.com

