Page 131 - PDF Compressor
P. 131
Setelah aku mengeluh tentang bos baruku yang demanding
dan proyek di kantor yang membuatku hampir gila dan jam lem-
bur yang makin lama makin parah, Panji tersenyum. ”Bak-mi
GM-nya gue yakin bisa menghilangkan lapar, tapi pasti nggak
membantu sama sekali di sektor penghilangan stres, right?”
Aku tersenyum saat Panji menyuapi cokelat itu ke mulutku.
Menuangkan Merlot ke dua gelas kosong di depan kami. Ter-
tawa pada cerita-cerita lucunya di sela-sela tegukan wine.
Menikmati setiap rasa sayang dan perhatian yang dia tunjuk-
kan kepadaku, mulai dari caranya memainkan jari membelai
lenganku, caranya menatapku dengan atentif saat aku bercerita
padanya. Yang kubalas dengan gesture kecil yang tidak penting
namun personal, seperti membersihkan sisa cokelat di bibir-
nya dengan jariku di sela-sela obrolan kami, membetulkan
kerah kemejanya. For no reason at all but because I want to. 129
Dan ketika dia mencondongkan tubuh ke arahku untuk
menuangkan wine lagi ke gelasku, yang dia lakukan justru
menyambar bibirku sedetik kemudian.
Ada satu kategori penghargaan di MTV Movie Awards
yang selalu menarik perhatian banyak orang: Best Kiss. Tobey
Maguire dan Kirsten Dunst di Spider-Man. Ryan Gosling dan
Rachel McAdams di The Notebook. Heath Ledger dan Jake
Gyllenhaal di Brokeback Mountain. Demi Moore dan Woody
Harrelson di Indecent Proposal. Christian Slater dan Marisa
Tomei di Untamed Hearts. Or for the teenagers side in you,
Robert Pattinson dan Kristen Stewart di Twilight.
Yang sedang terjadi di antara bibir Panji Wardhana dan
Keara Tedjasukmana malam ini bukanlah rekonstruksi salah
satu adegan yang pantas diganjar penghargaan Best Kiss itu.
But still, detik-detik yang sedang aku dan dia nikmati saat ini
serasa bukan sekadar bagian dari skenario permainan yang
Isi-antologi.indd 129 7/29/2011 2:15:20 PM