Page 171 - PDF Compressor
P. 171

hit  with  all  these  bule  right  now,  tapi  gue  yakin  anak-anak
                Border yang ada di ruangan ini sekarang semuanya lagi ber-
                konspirasi mau bunuh lo dalam tidur,” cetus Ruly.
                  Aku  tertawa. ”Makanya,  Ruly,  gue  tuh  di  sini  mau  mere-
                krut lo jadi bodyguard gue, jaga di depan pintu kamar.”
                  ”Ogah!” cetusnya lagi, tapi senyumnya mulai kelihatan. ”Pa-
                car bule lo itu tuh, pasti nggak dibayar juga mau.”
                  Aku masih setengah mati menahan tawa setiap dia menye-
                but-nyebut Jack sebagai pacar buleku. Males banget kali pacaran
                sama bule, kurang bisa ditindas seperti laki-laki pribumi hahaha.
                Dia nggak tahu aja aku sudah kenal dengan Jack sejak kuliah di
                Stern dulu. Tinggal dirayu-rayu dikit juga mau nurut.
                  ”Jack itu teman kuliah gue dulu.”
                  Ruly menoleh. ”Yang bener.”
                  ”Serius,” senyumku. ”Waktu gue masuk undergraduate, dia   169
                juga baru mulai ngambil MBA. Gue lupa awalnya gue sama dia
                kenalan di acara apa. Party apa gitu, awal-awal semester dua
                kalau nggak salah. Sempat jalan beberapa kali, itu doang.”
                  Ruly  langsung  tertawa.  ”Pantesan!  Mantan  korban  rupa-
                nya.”
                  Aku ikut tertawa, sampai orang-orang lain di ruang rapat
                menatap kami aneh. Ada dua orang jam setengah dua belas
                begini dipaksa lembur malah ketawa-ketawa cekikikan.
                  ”Nggak  cemburu  tuh  si  Jack  melihat  kita  ketawa-ketawa
                berdua  begini?”  celetuk  Ruly,  mengabaikan  tatapan  orang-
                orang lain namun kini merendahkan suaranya.
                  ”Udah  deh,  mulai  berlebihan  deh  lo,”  aku  menahan  tawa.
                ”Nggak  ada  apa-apa,  kali  sekarang.  Cuma  teman.  Anaknya
                juga udah dua.”
                  ”Punya anak dua nggak berarti langsung kebal sama pesona
                lo, kan?” Ruly tersenyum iseng.








        Isi-antologi.indd   169                                      7/29/2011   2:15:23 PM
   166   167   168   169   170   171   172   173   174   175   176