Page 185 - PDF Compressor
P. 185
warung kecil di depan ATM tadi. Atau gue aja yang sampai
sekarang masih belum bisa berpikir jernih karena masih ter-
kaget-kaget atas semua aksi kebaikan dia kepada strangers
yang biasanya dia panggil rakyat jelata itu. Gue masih inget
bangetlah apa kata Keara waktu gue dan Harris mengajak dia
mencoba naik busway ke kota untuk mengejar undangan
dinner di Museum Bank Mandiri daripada naik mobil dan
berjam-jam terjebak macet.
”Aduh, sori ya, you two, nggak banget deh gue pakai ini lo
ajak berdesak-desakan dengan rakyat jelata demi menghadiri
acara itu. Mending gue nggak datang sekalian.”
Agak tengil, ya. Memang tengil sebenarnya, tapi si tengil
ini juga yang tadi membuat gue agak-agak terpana atas kebaik-
an hatinya itu. Virtue and Keara do not usually belong in the
same sentence. 183
Dan detik ini, dia membuat gue bengong lagi saat mende-
ngar penjelasannya tentang sore mengejutkan di Sukowati
tadi.
K e a r a
”Gue nggak pernah nyangka... sori kalau elo tersinggung,
Key... gue nggak pernah nyangka kalau elo... Well, nenek-ne-
nek penjual keripik tadi... Gue nggak pernah membayangkan
elo tipe orang yang... Lo ngerti maksud gue, kan?” Ruly mena-
tapku.
Aku tersenyum. See, Rul, bahkan kamu sendiri susah me-
ngeluarkan kata-kata itu, kan? Bahwa aku ternyata nggak se-
rusak yang kamu bayangkan?
”Semuanya karena nyokap gue, Rul.”
Isi-antologi.indd 183 7/29/2011 2:15:24 PM