Page 184 - PDF Compressor
P. 184
Itu yang aku lakukan dengan kamu sekarang, Ruly. Creating
new memory.
As for you, Rul, aku tidak tahu kamu ngapain sebenarnya
denganku seharian ini. Aku tidak tahu apa artinya senyuman
kamu, kepasrahan kamu ikut-ikut denganku satu hari penuh
ini, atau arti tatapan kamu tadi setelah kita meninggalkan
Sukowati.
Sama seperti aku juga tidak pernah tahu apa sebenarnya isi
kepala kamu dari dulu kecuali Denise, Rul.
But apparently, this is what my life has come down to this
evening. Duduk menatap matahari terbenam bersama laki-laki
yang aku cintai diam-diam di salah satu tempat paling roman-
tis di dunia tanpa tahu harus bicara apa.
Sampai dia akhirnya memecah keheningan di antara kami
dengan menatap mataku dan berkata, ”Gue masih kaget
182
sampai sekarang dengan cara lo menolong nenek-nenek itu
tadi.”
R u l y
Ini bagian yang lain dari mem-Bali dengan Keara. Bagian keti-
ka gue dan dia cuma diam di Ayana, white wine di tangan
kirinya dan kamera di tangan kanan. Yang ada di tangan gue?
Nggak mungkin rokok, karena begitu tiba di sini tadi, Keara
merogoh saku gue dan mengambil sekotak stok gue. Waktu
gue menatap dia memprotes, dia cuma bilang, ”Jangan lagi ya,
Rul. Gue tahu lo cuma iseng, makanya jangan lagi, ya.”
Dengan pasrah, nggak tahu kenapa, gue cuma bisa bilang,
”Oke.” Dibius apa ya gue sama anak ini? Mungkin dia mema-
sukkan sesuatu ke teh botol yang disodorkannya ke gue di
Isi-antologi.indd 182 7/29/2011 2:15:24 PM