Page 181 - PDF Compressor
P. 181

sel yang dititipkan ke gue ini, akan gue foto dia sekarang di
                saat dia merangkul si nenek, mengeluarkan berlembar-lembar
                uang ratusan ribu dari dompetnya dan menyodorkannya ke si
                nenek yang sekarang bengongnya sama dengan bengong gue.
                  ”Non, ini kebanyakan.”
                  ”Nggak pa-pa, Nek,” desaknya. ”Aku kebetulan lagi ada le-
                bih kok. Anggap aja buat modal Nenek jualan besok-besok.”
                  Dan gue? Gue masih belum pulih dari rasa kaget dan bi-
                ngung  gue  melihat  kedua  mata  Keara  berkaca-kaca  ketika
                akhirnya  si  nenek  berlalu  naik  angkutan  umum.  Gue  cuma
                bisa  menghampiri  dia  dan  menyentuh  lengannya,  berkata,
                ”Key, lo nggak pa-pa, kan?”
                  Keara  menoleh  ke  arah  gue,  menggeleng,  dan  tersenyum.
                ”Nggak  pa-pa.  Eh,  cari  makan  yuk.  Gue  pengen  nasi
                Wardani, Rul,” jawabnya, mendahului gue menuju mobil sam-  179
                bil  mengangkat  keranjang  berisi  puluhan  bungkus  keripik
                borongannya tadi. ”Tapi kita nyari ATM dulu ya, Rul, bokek
                nih gue,” katanya lagi.
                  I  never  thought  getting  to  know  you  would  be  such  an
                adventure, Keara Tedjasukmana. Setidaknya, petualangan buat
                kepala dan hati gue.



























        Isi-antologi.indd   179                                      7/29/2011   2:15:24 PM
   176   177   178   179   180   181   182   183   184   185   186