Page 187 - PDF Compressor
P. 187
kaca untuk membentak. Tapi Ibu mendahului, Rul, dia buka
kaca gue. Gue kirain mau marah juga, tapi ternyata nyokap
gue malah tersenyum, nyodorin duit ke anak itu, dan ngo-
mong ’Buat uang sekolah ya, jangan hujan-hujanan lagi, nanti
sakit.’ Anak itu kesenengan banget. Begitu nyokap gue nutup
kaca, gue langsung protes. ’Apaan sih, Bu, anak nggak sopan
kayak begitu,’ ya pokoknya gue ngomel macam-macam,” cerita-
ku panjang-lebar.
Aku berharap Ruly nggak bisa menangkap getaran dalam
suaraku saat aku melanjutkan bercerita. Mataku yang mulai
berkaca-kaca mungkin dapat ditutupi dengan sunglasess, tapi
suara tidak akan pernah bisa menipu.
”Dan lo tahu apa yang dibilang nyokap gue, Rul?” aku me-
natap Ruly. ”Beliau buka sunglasses-nya, waktu itu gue baru
sadar kedua matanya basah. Ibu bilang...,” aku menelan ludah, 185
mengambil napas sedetik, meraih kamera di depanku dan
pura-pura mengotak-atiknya untuk menahan air mataku yang
siap mengalir. ”Ibu bilang, ’Key, kita mungkin masih belum
bisa menerima mengapa ayah kamu diambil Tuhan dari hidup
kita secepat ini, kita memang masih sedih, Ibu tahu kamu
juga sedang marah sama dunia ini. Tapi Ayah pergi dan kita
masih di sini, Key, di mobil ini, hidup berkecukupan, kering
dilindungi mobil ini sementara anak tadi basah kuyup di luar.
Sesedih-sedihnya hidup kita dan semarah-marahnya kita sama
takdir, masih banyak yang lebih kurang beruntung di luar
sana, Keara. Jangan lupa, ya.’”
Oh crap, and here comes the tears. Cengeng banget gue me-
mang sebenarnya, Rul.
Dan di detik itulah Operation Conquer Ruly kembali ber-
ubah menjadi Operation Ruly Fucks With Keara’s Mind lagi.
Saat kamu membuka sunglasses yang menutupi kedua mataku
Isi-antologi.indd 185 7/29/2011 2:15:24 PM