Page 219 - PDF Compressor
P. 219
”Eh, siapa tahu yang perut Melayu begini yang sebenarnya
cinta mati John Mayer, bukan Jennifer Love Hewitt, Jessica
Simpson, Jennifer Aniston, apalagi lo.”
”Heh, Nyet, lo udah punya prince charming lo sendiri.
Biarin si John ini jadi milik gue seorang dong,” kataku sambil
memasang bantal leher. Mau pesawat apa pun, kalau nggak
naik first class kursinya pasti butuh bantal leher begini baru
enakan duduknya.
”John Mayer, Panji Wardhana, atau Ruly what’s-his-name?”
Dinda mulai lagi dengan bercandaan nggak pentingnya itu,
mengedip-ngedipkan mata penuh arti.
”Nggak pantes banget ya dua nama yang di belakang itu lo
banding-bandingkan sama John Mayer,” kataku.
”Nggak pantes tapi nanti pas John Mayer nyanyi yang diba-
yang-bayangkan di lirik lagunya itu si dua orang yang lo bi- 217
lang nggak pantes itu,” goda Dinda lagi.
”Crap, this is gonna be a long flight ya dengan lo nggak
berhenti ngeledek-ledek gue begini.”
Dinda tertawa-tawa, mengambil majalah KrisWorld dari
kantong kursi di depannya. ”Ya udah, gue diam deh, gue mau
nonton film aja,” dia membolak-balik majalah.
”Gue mau tidur aja deh, ngantuk banget,” kataku memejam-
kan mata, menyumbat telingaku dengan earphone iPod dan
memencet play. Dan suara petikan gitar John Mayer yang
tiba-tiba mengalun di telingaku menyanyikan Edge of Desire.
Bahkan iPod-ku yang di-set shuffle ini fucking with my mind.
Dear universe, give me a break please.
Well, whaddayaknow, the universe listens. Kegiatan-kegiatan
Isi-antologi.indd 217 7/29/2011 2:15:26 PM