Page 216 - PDF Compressor
P. 216
”Sialan, udah deh. Ini serius?” aku akhirnya berhasil me-
ngunci diri di ruang rapat.
”Yeee, seriuuuuus. Kalau nggak percaya, sana lo google dan
buktiin!”
Aku langsung berteriak kesenangan. ”Gilaaaaaaa!
Ayuuuuuk!”
Dinda ikut menjerit-jerit kesenangan di ujung sana.
”Terus, terus, gimana nih tiketnya?” kataku.
”Gue kan mau beli either platinum atau gold ya, Key, biar
kalau dia keringetan juga lo kena tuh cipratan keringatnya,
biar puas lo, tapi masalahnya tiket kategori itu nggak bisa beli
online, harus ke Channel V Philippines-nya,” Dinda menje-
laskan. ”Luckily, though, si Panca ada teman di Manila, jadi
dia yang akan beli tiketnya buat kita. Nanti gampanglah kita
ketemuan di Manila sebelum konser dan langsung ambil di
214
dia dan bayar sekalian.”
”Jadi nih, ya. Jadi beneran jadi, ya,” aku kesenangan luar
biasa.
”Harus harus harus dijadiin. Eh lo coba arrange tiket pesa-
watnya ya, Key.”
”Consider it done.”
”Eh, sebelum berencana panjang-panjang nih ya, lo bisa
cuti nggak? Itu hari Jumat, kali, dan penerbangan dari Jakarta-
Manila itu lima jam-an,” ujarnya. Nggak mungkin lo nekat
terbang Jumat sore.”
”Dinda, lo kenal gue, kan? Kalau buat John Mayer, I’ll fake
some ilness if I have to, biar bisa cabut.”
Dinda tertawa. ”Baguuus! Kita jadiin nih ya, moga-moga
nanti sore gue udah bisa ngasih kepastian sama lo tentang
tiketnya. Temannya si Panji baru mau ke ticket box-nya hari
ini.”
Isi-antologi.indd 214 7/29/2011 2:15:26 PM