Page 211 - PDF Compressor
P. 211
”I said no.”
”Heh? Serius lo?” Dinda menatapku.
Aku mengangguk, menghabiskan sisa kopi di cangkirku.
”Kenapa?” tanyanya.
”Bukannya elo, ya yang berulang-ulang ngomong ke gue
jangan semakin memperumit suasana dan situasi gue dan
Panji dan Ruly, ya?”
”And how does this fall into that category?”
Aku menghela napas. ”Perlu gue jelasin lagi ya, Din? Ini
nih acara keluarga, ngapain gue mengiyakan ajakan Panji un-
tuk dipamer-pamerkan ke keluarganya sementara gue dan dia
nggak ada apa-apa?”
”Oh, jadi berbulan-bulan jalan bareng—walau ngakunya
belum pakai tidur bareng—itu nggak ada apa-apanya, ya?”
Aku spontan melempar bantal ke arah si sableng itu, yang 209
disambutnya dengan tertawa-tawa.
”Glad I’m such an amusement for you this morning,” sungut-
ku.
”Hehe, maaf,” Dinda kembali memberi sinyal meminta ban-
tuan menarik ritsleting. ”Tapi gue tadi memang serius nanya-
nya. Kenapa nggak ikutan? Kan seru gue ada teman buat
nyela-nyela orang di acara itu.”
”Nggak ah, Din. Gue nggak mau ngasih sinyal yang
misleading ke si Panji. Dari awal kami udah sepakat ini cuma
main-main, dan menampilkan diri di acara keluarga itu no
way near sekadar main-main,” aku menjelaskan. ”I love this
Ronald piece, by the way.”
”Iya, bagus ya?” Dinda mematut diri di depan cermin. ”Gue
juga suka jatuhnya di badan gue.”
”Gue lebih suka yang ini daripada yang tadi. Ada berapa
lagi yang mau lo coba?”
Isi-antologi.indd 209 7/29/2011 2:15:25 PM