Page 261 - PDF Compressor
P. 261
cinta, cuma cerita-cerita lucu dan percakapan yang hangat dan
innocent flirtatious innuendos.
Sampai jam di tanganku menunjukkan pukul sepuluh ma-
lam dan Panji memegang tanganku menyeberang jalan menuju
mobilku yang terparkir di sebelah mobilnya.
”I think I had too much wine tonight,” kataku, merasakan
tubuhku agak ringan.
”Aku antar kamu pulang ya, mobil kamu nanti diambil so-
pir aja,” dia menawarkan.
Aku tersenyum. ”I think you had more than me.”
”Even better,” dia membalas senyumku. ”I could crash at
your place.”
Aku tertawa kecil. ”Masih aja usaha, ya?”
Panji Wardhana-ku itu meletakkan tangan kanannya di pi-
piku dan mendaratkan ciumannya yang hangat, lama, dan— 259
mungkin ini dipengaruhi efek wine juga—agak memabukkan,
mengabaikan tukang parkir yang berdiri di dekat kami,
menunggu dari tadi.
”Masih nggak boleh juga?” dia menatap mataku begitu
menarik bibirnya dari bibirku sekian detik kemudian, suara-
nya lembut dan sedikit serak.
”We’re both drunk. It won’t be right,” aku menggunakan jari-
ku untuk membersihkan sedikit bekas lipstikku di bibirnya,
tersenyum sesantai mungkin.
Aku dan Panji mengakhiri tontonan tukang parkir malam
itu dengan dia membukakan pintu untukku, aku masuk ke
mobil, dia menunduk dan menciumku sekali lagi, dan melam-
baikan tangan ketika mobilku meninggalkan parkiran.
This, I could get used to. Menikmati rayuan dan perhatian
Panji tiga atau empat kali seminggu sebagai dosis yang tepat
untuk meyakinkan diriku sendiri bahwa aku a great catch dan
Isi-antologi.indd 259 7/29/2011 2:15:29 PM