Page 265 - PDF Compressor
P. 265

orang  se-Jakarta  itu.  Penilaian  yang  ini  mungkin  agak  dipe-
                ngaruhi  fakta  bahwa  gue  dulu  makan  steak  itu  cuma  sama
                Ruly doang.
                  If you must know, gue mengajak Karin ketemu lagi setelah
                sorenya waktu gue di mobil memasuki lapangan parkir pulang
                dari tempat nasabah, gue melihat Keara gue itu dan Ruly sedang
                tertawa-tawa makan siomay di tukang siomay yang nongkrong
                di pagar parkiran belakang gedung kantor kami. Cuma Ruly
                yang bisa membawa Keara makan di situ, menelan kata-kata
                wajibnya tiap dulu gue mengajak dia ke situ sore-sore. ”Sori aja
                ya, Ris, gue itu pengidap CFA. Cheap Food Allergy.”
                  Untung  gue  cinta  sama  lo,  Key,  kalau  nggak  udah  gue
                doain mencret lo sekarang.
                  Kencan ketiga gue dengan Karin baru tiga hari yang lalu,
                di Emilie. Dinner beneran pertama kami, loncat kelas drastis   263
                dari Sabang 16 dan Food Hall. Ajakan dinner ini gue lontar-
                kan  setelah—lo  mungkin  sudah  bisa  menebak  bagian  yang
                ini—gue melihat si Panji memegang tangan Keara memasuki
                restoran Prancis itu, cuma berjarak sepuluh meter dari tempat
                gue berdiri malam itu di parkiran restoran Rempah-Rempah
                di  seberang  Emilie.  Gue  bengong,  sampai  Adam  salah  satu
                teman kantor gue memanggil, ”Woi, Ris, mindahin mobil aja
                lama banget lo.”
                  Saat Karin tertawa pada lelucon gue, gue nyuapin dia dengan
                potongan daging tenderloin seharga setengah juta itu, dia melap
                bekas saus di bibir gue dengan jari-jarinya, yang ada di kepala
                gue  yang  sudah  harus  disekolahkan  di  psikiater  ini  adalah
                apakah Panji dan Keara juga melakukan adegan yang sama.
                  Pada  saat  gue  mencium  Karin  di  lift  yang  membawa  gue
                dan dia ke apartemennya di lantai 32, hanya ada gue dan dia
                di  lift  itu,  dia  memberi  sinyal  dengan  mempererat  pelukan,








        Isi-antologi.indd   263                                      7/29/2011   2:15:29 PM
   260   261   262   263   264   265   266   267   268   269   270