Page 266 - PDF Compressor
P. 266
dan apa yang kami awali di lift seukuran satu kali satu meter
yang dingin itu kemudian kami lanjutkan di sofa Karin yang
lebih besar dan hangat, gue tidak bisa menahan diri untuk
tidak bertanya-tanya apakah Panji juga melakukan hal yang
sama dan Keara, cinta gue, memeluk bajingan itu seerat Karin
memeluk gue malam itu.
Yang paling membuat gue mau gila adalah bertanya-tanya,
pada saat gue malam itu mulai membuka kancing kemeja
Karin, dia dengan lembut menangkap tangan gue dan berbisik
ke telinga gue, ”Jangan malam ini ya, Ris,” apakah Panji mela-
kukan persis yang gue lakukan—yang sebenarnya tidak perlu
gue ragukan karena gue tahu benar Panji sama brengseknya
dengan gue—dan apakah Keara menolak dia seperti Karin
menolak gue. Yang membuat gue hampir kehilangan kewaras-
an adalah waktu gue sendirian di dalam lift dengan elevator
264
music yang membuat gue sakit kepala itu, turun dari lantai 32
sendirian, yang ada di kepala gue adalah bahwa Karin mung-
kin menolak gue karena ini baru kencan ketiga kami, tapi
Panji mungkin sudah mengencani Keara berpuluh-puluh kali
dan apa yang gue lihat di Emilie itu mungkin sesuatu yang
rutin mereka lakukan, dan kalau Keara yang gue kenal masih
Keara yang gue kenal dulu, maka sangat mungkin si bangsat
Panji dan Keara gue itu…
Fuck, rasanya gue ingin jadi karakter di film M. Night
Shyamalan, The Happening, yang seperti zombie berpandangan
kosong menghampiri mesin pemotong rumput raksasa dan
berbaring di depannya, menunggu baling-baling tajam mesin
itu menghancurkan kepala gue.
Kalau gue John Mayer idolanya Keara gue itu, mungkin
gue sudah bisa bikin satu album patah hati dari semua keja-
dian ini, dan Keara tergila-gila pada setiap lirik lagu yang gue
Isi-antologi.indd 264 7/29/2011 2:15:29 PM