Page 271 - PDF Compressor
P. 271

dingan  walaupun  dia  tidak  menyapa  gue  sama  sekali.  Gue
                sempat  melihat  Denise  dari  balik  kaca,  yang  membuat  gue
                menelan  ludah  begitu  melihat  slang  dan  perban  di  mana-
                mana.  Dari  sekian  banyak  hal  yang  gue  lihat  di  situ,  salah
                satu yang melekat di kepala gue adalah pemandangan saat ini.
                Ruly  mengepalkan  tangan  dan  meletakkannya  di  kaca,  lalu
                menyandarkan wajahnya di situ, wajahnya kusut sekusut-ku-
                sutnya,  matanya  nanar  menatap  Denise  yang  terbaring  tak
                berdaya  di  balik  kaca—entah  kenapa  juga  bahasa  gue  tiba-
                tiba  jadi  melankolis  begini—dan  di  sebelahnya  ada  Keara,
                Keara  cinta  gue  itu,  yang  menatap  Ruly  dengan  pandangan
                yang  hanya  bisa  gue  artikan  sebagai: ”Gue  mencintai  lo.  Lo
                mungkin  tidak  tahu  itu  dan  lo  mungkin  mencintai  dia,  tapi
                gue cuma mau di sini menemani lo melewati ini semua. Gue
                cuma  mau  jadi  orang  yang  take  care  lo  dan  menemani  lo  di   269
                saat sulit ini.”
                  Damn Key, izinkan gue meminjam kalimat yang sama dan
                mengatakannya sekarang ke elo di dalam hati gue.
                  Gue  merasa  seperti  terjebak  dalam  adegan  sinetron  yang
                mau gue bunuh saja penulis skripnya. Kenapa segenap alam
                semesta ini tidak bisa membiarkan Ruly, Keara, dan gue baha-
                gia?  Biarkan  Ruly  akhirnya  diterima  cintanya  sama  Denise,
                biarkan  si  Kemal  suami  Denise  itu  jauh-jauh  saja  ke
                Timbuktu  sana,  biarkan  gue  mencintai  Keara,  dan  biarkan
                Keara  menatap  gue  dan  memeluk  gue  dan  menerima  cinta
                gue,  dan  Panji  cuma  kutu  anjing  yang  bisa  dibasmi  dengan
                bedak Doris dan tidak pernah ada lagi di antara kami.
                  Kami  bertiga  memutuskan  untuk  tetap  duduk  di  ruang
                tunggu ICU rumah sakit ini, mengobrol pelan sambil berha-
                rap Denise akan sadar any minute now. Keara berusaha mem-
                buat  Ruly  sedikit  tersenyum  dengan  menceritakan  hal-hal








        Isi-antologi.indd   269                                      7/29/2011   2:15:29 PM
   266   267   268   269   270   271   272   273   274   275   276