Page 66 - PDF Compressor
P. 66

benda cewek ini. Sepatu, tas, jam tangan. And that sexy little
               black dress. Bukannya gue nggak menikmati setiap dia keluar
               dari ruang ganti, berputar di depan gue, tersenyum dan berta-
               nya, ”Bagus nggak, Ris?” I do. Cuma ya... anjis, man, kalau gue
               jadi lakinya, nggak bakalan sanggup gue. That’s like our future
               kids college fund down the drain. Dalam 240 menit.
                  Gue taulah, kalau dia lagi ngumpul sama si Dinda teman-
               nya itu, belanjanya gila. Gue pernah disiksa membawa belan-
               jaan mereka di Grand Indonesia dari jam 11 pagi sampai jam
               5  sore.  Sakit.  But  today,  man,  she’s  breaking  her  own  record.
               Her and Dinda’s combined.
                  Gue mau melarang juga bisa apa. Gue bukan siapa-siapa-
               nya. Baru gue omongin sedikit aja, udah ditampar gue dengan
               kata-kata: ”Suka-suka  gue  dong  mau  belanja  apa,  duit  duit
          64   gue.” Anjiiis. Kalau gue nanti sampai berhasil mengumpulkan
               keberanian  untuk  melamar  dia,  dan  dia  menerima—karena
               memang mencintai gue atau karena khilaf, gue harus siap-siap
               mendengarkan kata-kata itu setiap hari.
                  But if anything, I love how unpredictable she is. Hari pertama
               dengan nerd-nya dia menyeret gue keliling Borders. Buat gue,
               buku  itu  cuma  alat  untuk  pick  up  girls  di  taman  waktu  gue
               masih  kuliah  dulu.  Tahu  sendiri  bagaimana  turn  on-nya
               cewek-cewek  itu  melihat  a  hot  guy  with  books.  They  actually
               believe that my brain is in my head instead of my loins.
                  Hari kedua, gue dipaksa menonton dia seharian hidup di
               dunia sendiri, hanya dia dan kameranya. Betapa seksinya dia
               saat  seharian  wajahnya  serius  seperti  itu.  Dan  gue  akhirnya
               bisa  menyentuh  wajahnya.  Shit,  gue  juga  udah  nggak  kenal
               dengan diri gue sendiri sejak gue tergila-gila sama perempuan
               yang  namanya  Keara  ini.  Gue  berubah  jadi  pecundang  yang








        Isi-antologi.indd   64                                       7/29/2011   2:15:17 PM
   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71