Page 23 - Belajar dan Pembelajaran
P. 23
percobaan terhadap seekor simpanse yang dimasukkan ke
dalam sebuah kandang. Di atas kandang terdapat pisang.
Dengan hanya menjulurkan tangan, pisang tidak dapat
dijangkau. Di dalam kandang terdapat tiga buah kotak. Dalam
situasi demikian, simpanse selalu berupaya untuk menjangkau
pisang. Akhirnya, ia menemukan hubungan antara dirinya, tiga
buah kotak dan pisang. Dengan menumpukkan ke tiga kotak
tersebut, ia dapat menjangkau pisang begitu berdiri di atasnya.
Kohler menamakan hal ini dengan insight. Insight diperoleh
secara tiba-tiba begitu ia menemukan hubungan antara unsur-
unsur dalam situasi yang semula merupakan suatu masalah bagi
dirinya.
Max Wartheimer (1945) dan Katona (1940) mencoba
mempelajari tentang insight pada manusia. Wartheimer
menggambarkan bagaimana anak-anak dapat memecahkan soal
geometri. Dengan hanya mengetahui rumus luas sebuah segi
empat, disuruh memecahkan sebuah soal, mencari luas sebuah
jajaran genjang. Sementara anak ada yang mengalikan panjang
dengan lebar (analogi dengan rumus luas segi empat). Tentu hal
ini merupakan cara yang salah. Tetapi anak lain yang dapat
melihat inti dari struktur jajaran genjang, mendapatkan bahwa
dengan menarik sebuah diagonal akan didapati dua buah
segitiga sama dan sebangun (kongruen). Dengan mencari luas
dua buah segitiga dikalikan dua, anak tersebut dapat
memperoleh pemecahan soal. Jadi, insight pada dasarnya dapat
pula diperoleh dengan melihat struktur esensial dalam situasi
problematis.
Bila kita kaji lebih jauh, ternyata teori gestalt berlandaskan
pada segi kognitif. Sedangkan teori asosiasi berlandaskan pada
hubungan S R .
Berdasarkan penjelasan tersebut dengan kata lain bahwa teori
belajar asosiasi merupakan teori belajar behaviorisme yang
berlandaskan psikologi asosiasi atau psikolgi behaviorisme yang
berorientasi pada perilaku, teori belajar gestalt merupakan teori
belajar kognitif yang berlandaskan pada psikologi gestalt atau
11