Page 39 - AHASLA.indd
P. 39

20) sementara (muhuttikā)
                 Æ  hanya sebentar saja (kawin kontrak).
           Karena ajaran ini disampaikan kepada seorang pria,
           Buddha hanya berbicara tentang pasangan seksual wanita
           yang sepatutnya tidak disetubuhi. Apa yang disampaikan
           kepada wanita tentunya akan setara.

           Besar kecilnya kesalahan bergantung pada kebajikan sila
           dari objek yang disetubuhinya, kerelaan objeknya, kotoran
           batin, serta upaya yang diterapkan.

           Banyak upacara pernikahan yang memasukkan janji
           suci oleh kedua belah pihak agar mereka saling setia.
           Melakukan perselingkuhan  atau perzinaan meruntuhkan
                                     43
           janji tersebut dan biasanya melibatkan perilaku negatif
           lainnya seperti berbohong, berpura-pura, dan bermuka
           dua. Akibat negatifnya meliputi kehilangan kepercayaan,
           penghinaan, sakit hati, dan keretakan hubungan keluarga.
           Dengan alasan ini, Buddha berkata, “Akibat tidak puas
           dengan istrinya, jika seseorang terlihat dengan pelacur
           atau istri orang lain, hal ini mengakibatkan kemerosotan
           moral.”
                 44
           Kajian kasus

           1. Semua    hubungan     seks   yang    dipenuhi   oleh
              pemaksaandan ancaman (pemerkosaan) merupakan
              pelanggaran sila yang berat bagi pelakunya, tetapi
              bukan bagi korbannya. Berhubungan seksual dengan
           43   Laki-laki yang berselingkuh disebut  paradārika, sedangkan perempuan disebut
              aticārinī, S 2.259
           44   Parabhava Sutta, Sn 108

           AṬṬHASĪLA                                           29
   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44