Page 51 - Pedas Magazine edition 67
P. 51
BOLA
Pr yaNg SaNgat BaNyak
Membereskan berbagai persoalan di dalam
persepakbolaan kita memang bukan perkara remeh.
Mengambil kata pepatah, kita sedang dihadapkan dengan
benang kusut yang harus diurai. Jika salah langkah, maka
itu benang akan semakin kusut. Seperti apa yang telah
terjadi pada sepak bola kita selama ini.
Mulai saja dari kompetisi sepak bola profesional
Indonesia. Sejak dulu Indonesia belum pernah memiliki
kompetisi yang benar-benar profesional. Yang lebih
mengkhawatirkan lagi, semenjak dibekukannya PSSI dan
turunnya sangsi FIFA, sepak bola kita hanya diramaikan
dengan sejumlah turnamen yang tentu tidak berkelanjutan
dan tentu tidak jelas ke mana masa depannya.
Hingga kini, PSSI selaku badan tertinggi olahraga si
kulit bundar se-Indonesia masih belum bisa memastikan
kapan kompetisi profesional regular kita akan dimulai.
Alasannya, mereka masih mengkaji demi menentukan
bentuk kompetisi seperti apa, kapan waktunya yang
paling cocok untuk digelar di Indonesia. Memiliki pakem
kompetisi yang baik, menunjang bagi pembinaan para
pemain serta bisa mendukung aktifitas-aktifitas timnas
aSa DiBaLik kegagaLaN PiaLa aff tentu harus menjadi bagian di dalamnya. Ditambah lagi
PSSI harus bisa membuat peraturan yang bisa menjamin
Penyesalan mendalam tentu saja membekas karena kesejahteraan para pemain, buat klub-klub yang berada
kegagalan timnas Indonesia menciptakan sejarah dengan di bawah naungannya. Hingga tidak akan terjadi lagi
menjadi juara Piala AFF untuk pertama kalinya. Harapan penunggakan-penunggakan gaji pemain yang sering
publik melihat tim kebanggaannya mengangkat trofi juara terjadi di beberapa tahun belakangan.
sirna begitu saja setelah di partai final, pasukan Garuda Sebenarnya, sejauh ini semua terdengar baik. Hanya
yang telah mengantongi kemenangan 2-1 di kandang saja, barangkali waktu pengkajiannya yang terlalu lama.
bertekuk lutut di markas Thailand dengan skor 2-0.
Para pesepak bola profesional sudah mulai khawatir
Tak dipungkiri, persiapan tim Garuda menuju Piala AFF dengan situasi ini. Mereka yang menggantungkan mata
2016 tersebut memang penuh dengan berbagai masalah. pencaharian pada sepak bola semata tentu terancam
Mepetnya waktu persiapan ditambah keterbatasan pelatih kesusahan. Bila terus seperti ini, tentu semakin banyak
Alfred Ridl dalam mengambil pemain dari klub yang talenta muda yang ogah menjadi pemain bola. Yang
masing-masing hanya boleh dua orang tentu menjadi artinya, timnas Indonesia semakin sulit menjaring pemain
hambatan. terbaiknya.
Namun, dengan banyaknya masalah yang dihadapi, Tugas rumah lain yang tak kalah beratnya ialah perbaikan
Indonesia masih bisa menampilkan yang terbaik hingga pondasi pada sepak bola usia dini. Hal ini juga sama
menembus babak final ajang dua tahunan Asia Tenggara pentingnya dan selama ini kita tidak pernah punya.
tersebut. Bahkan, apa yang telah ditunjukkan oleh skuad Padahal selama ini pengadaan dan pengelolaan pesepak
Garuda kemarin mampu mematahkan prediksi banyak bola usia dini berjenjang yang baik selalu menjadi
pengamat yang meragukan timnas Indonesia bisa kekuatan utama sepak bola di negara-negara maju.
melangkah jauh di Piala AFF 2016. Keberadaan akademi-akademi sepak bola di setiap
klub serta banyaknya jenjang kompetisi reguler untuk
Optimisme baru pun bermunculan. Hal-hal senada usia dini membawa kemudahan dalam pengembangan
hadir dari berbagai pihak. Mulai dari pemain, pelatih, talenta muda. Akhirnya setiap klub bisa membangun tim
pengurus hingga masyarakat sepak bola Indonesia dengan pemain berkualitas binaannya sendiri. Dan sampai
berharap momentum ini bisa menjadi titik balik kejayaan pada muaranya, timnas kita tidak akan kesulitan dalam
persepakbolaan Indonesia. menjaring pemain terbaiknya dalam mencapai kejayaan
sepak bola Indonesia di masa depan.
49 49