Page 169 - 9 dari Nadira
P. 169

Ciuman 'f erpan jang





                Dari  jauh,  Yosrizal  melihat  kepala  Tara  yang  membela­
                kanginya.  l n i   terlalu  klise,  patah  hati  dan  minum  di  Joe's

                Bar. Yosrizal  duduk di sebelah  kiri Tara dan  memesan  bir.
                Tara diam tak  bereaksi.  Di  atas meja  bar,  Yosrizal  melihat

                undangan  perkawinan  Nadira  Suwandi  dan  Niko  Yuliar
                yang  berwarna  b e i g e .  U  n dangan  itu  sudah  dibagikan  ke
                seluruh penjuru.

                      Yosrizal  menghela nafas.
                      NTaruhan  seluruh  g a j iku,  mereka  tak  akan  bertahan

                lama.  Paling lama lima tahun,  mereka akan  bercerai,N  kata
                Yosrizal.
                      #Lima  tahun        terlalu    lama .... •   tiba-tiba  Andara

                bergabung dan  duduk di  sebelah  kanan  Tara,  "Kacangnya,
                Jo .... aku taruhan g a j i  dan bonusku, dua tahun mereka akan

                pisah. Niko itu  orang gila!"
                      Tara sama sekali tak terhibur dengan kalimat solidaritas
                kawan-kawannya.  D       i a   bahkan  tak  peduli  dengan  s e piring

                kecil  kacang  goreng  yang  biasa  dikunyah.  I ni  sudah  gel as
                anggur keempat.

                      NNadira ingin bahagia ... dan mungkin Niko hanya satu­
                satunya  yang  bisa  membahagiakan  dia,"  Tara  bergumam
                pada dirinya sendiri. Yosrizal dan Andara terdiam.


                      NSaya banyak mendengar cerita tentang Niko .. ."
                      • Jangan  membicarakan  yang  tidak  pasti!  Kita  bukan

                wartawan  penggunjing!" Tara menyentak Andara. Tiba-tiba
                mereka tertawa tanpa sebab.  Dan untuk seterusnya,  ketiga
                lelaki  itu  hanya berbicara yang remeh-temeh  sembari  me­

                nertawakan segala hal yang tidak lucu.
                      Ketikajarum jam sudah menunjuk pada angka dua, ke­

                tiganya  sudah  tak  punya  bahan  untuk  ditertawakan.  Tara
                termenung memandang gelas anggurnya yang kosong.  D                   i a
                sud ah tak bisa menghitung lagi berapa gel as yang sud ah di-


                                                   162
   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173   174