Page 271 - 9 dari Nadira
P. 271
Jlt Pedder Ba�
dengan setia menemani Nadir a setiap dia dalam kesulitan.
Tapi kami tak pernah paham kenapa Nadira tak bisa
membalas perasaan Tara."
• ... Kai au begitu ... "
• ... Sampai sekarang," Arya memotong kalimat Amalia,
"kalau Nadira mendengar Tara akan menikah, saya yakin
dia akan menyadari arti Tara yang sesungguhnya buat dia."
• Aduh, pelik amat ya, Kang .. ."
Si Akang memeluk bahu kekasihnya dan mencium
rambutnya, "Kopinya mana?"
"Eh, iya ... ," Amalia tersenyum malu, "biar aku yang
buatkan. Kasihan Yu Nah. S e kalian saya buatkan ayahmu
ya .. :
Amalia menghilang k e dapur. Arya masih melamun,
mencoba mengorganisir strategi agar adiknya jangan sam
pai semakin menjauhi tanah airnya ini. Baru beberapa me
nit, dia duduk memandang kembang anggrek kesukaan ibu
nya yang masih terus dirawat ayahnya, terdengar dering
telepon. Jantung Arya nyaris meloncat.
D i a mengangkat kop telepon dan mengucapkan salam
dengan nada agak malas. Tetapi matanya langsung terbe
lalak. I si dadanya berdebar-debar.
"Kang Arya .. ."
"Nadira?"
"Kang ... "
"Eh, ada apa, Nad. Aku sudah terima kok emailmu,
Sayang. Tidak apa. Aku paharn kalau kamu tak bisa datang.
Ayah juga paham," kalimat Arya meluncur begitu saja.
"Kang, aku berubah pikiran, Kang. Aku sudah izin
dengan kampus, aku bisa ke Jakarta .. ."
"Oh .. ."
Arya merasa ada segumpal ludah yang tersekat di
kerongkongannya.
266