Page 266 - 9 dari Nadira
P. 266

beilo g,.  Chudori





                 tentu  saja  kau  tahu,  kan  dia  pasti  minta  izin  sabatikal
                    d  amu ...
                 pa           . .
                       "Ya Pak ...  , tapi  ini  undangan untuk seluruh keluarga.

                 Saya kan juga sudah ken al Bapak dan Kang Arya .. ."
                       Bram mengangguk-angguk sembari membisikkan teri­
                 makasih berulang-ulang. Matanya menatap lantai.

                       Hening.
                       Tara tak tahu bagaimana caranya mengisi kekosongan
                 itu. Akhirnya sembari berpura-pura mengecek arlojinya dan

                 seolah-olah dia sudah ditunggu oleh puluhan anak buahnya,
                 Tara meminta izin "mengurus naskah untuk berangkat ke
                 percetakan." Bram segera berdiri. Tara berdiri. Ketika Tara

                 mengulurkan  tangannya  un1uk  berjabatan,  Bram  malah
                 memeluk bahunya dan menepuk-nepuk punggungnya. Tara
                 berani  bertaruh (entah dengan  siapa),  dia merasakan  ada

                 setitik air mata yang membasahi bahunya.
                       Begitu pintu rumah keluarga Suwandi itu tertutup, Tara
                 tak mampu melangkah ke mobilnya. Kedua kakinya seperti

                 dipaku. Tepat di sana, di rum ah Nadira.

                                                    ***


                       "Aku benci Rick. Aku ingin membunuh dia ... ," tiba-tiba
                  Marc menyemprotkan  kejengkelan  masa remajanya.  Aku

                 tertawa terbahak-bahak.
                       D i   masa kami  masih  remaja,  di  awal  tahun  1980-an,
                 Rick  tak  pernah  berhasil  mencicipi  tubuhku  dan  ketiga
                 sahabatku. Tetapi, untuk sekadar iseng, aku pernah menerima

                 tawarannya untuk makan  malam. Dan selama tiga jam ber­
                 dikusi sembari menikmati makan malam, aku segera paham
                 mengapa  kawan-kawan  sekampus  segera  saja  jatuh  ke

                 pelukan Rick. Bukan hanya matanya yang dalam dan tajam
                 itu  yang  menarik  jantung  hati,  tetapi  ucapan-ucapannya
                 memang orisinil dan bahkan agak kontroversial.


                                                   261
   261   262   263   264   265   266   267   268   269   270   271