Page 265 - 9 dari Nadira
P. 265
Jlt Pedder fla�
sebatang tongkat. Tara mengikuti langkah jagoan tua itu.
Mereka duduk berhadapan, memulai basa-basi tentang per
kembangan berita terakhir: dari soal temuan-temuan baru
tragedi 9/11 sampai soal istilah baruyangkini tengah populer:
war o n terrorism. Berbagai teori pengamat internasional
mencoba membaca paradigma. macam apa yang ada di balik
para pelaku penyerang gedung World Trade Center itu.
Tetapi setelah berputar-putar dengan diskusi politik
dan ekonomi, dan menghabiskan secangkir kopi, akhirnya
mereka sama-sama kehabisan bahan pembicaraan. Bram
Suwandi, meski sudah digerus oleh u s ia , tetap peka dan
paham bahwa Tara datang bukan untuk mencari teman ber
gunjing soal politik; dan juga bukan untuk sekadar mem
perlihatkan bahwa dia sekarang sudah mulai mengisap
rokok kretek yang sama.
"Sebetulnya Pak, saya mau datang membawa ... mem
berikan ini. .. ," Tara mengeluarkan sebuah surat undangan
berwarna biru dan menyodorkannya pada Bram. Bram se
geramengenakan kacamatanyadan menerimasuratundang
an itu. Senyumnya berkembang, sebuah senyum bijaksana.
• Aaaah, akhirnya kau selesaikan masa bujangmu yang
terlalu lama. Selamat, selamat, Nak .. ."
Tara tersenyum dan mengangguk.
"Siapa gerangan cal on mu yang beruntung ini, Nak?"
Tara tertawa, agak kikuk, "Teman sekantor, Pak. Kara
Novena .. ."
Bram mengangguk-angguk, "Tanggal berapa ini. .. Oh,
untung, karena sepekan sebelumnya, Arya juga akhirnya
membuhulkan ikatan dengan Amalia ... Zaman sekarang,
menunggu bujangan lapuk dulu baru menikah."
Mereka sama-sama tertawa; meski Tara berani berta
d
ruh. i a merasa ada kegetiran i dalam suara Bram.
D
"Nak Tara tahu kan, Nadira sedang di Kanada ... Yah,
260